• Beranda
  • Berita
  • BI perkirakan inflasi akhir 2022 lebih rendah, di bawah 6,3 persen

BI perkirakan inflasi akhir 2022 lebih rendah, di bawah 6,3 persen

3 November 2022 13:16 WIB
BI perkirakan inflasi akhir 2022 lebih rendah, di bawah 6,3 persen
Ilustrasi - Warga bertransaksi jual beli kebutuhan pokok pada gelaran pasar murah di Batam, Kepulauan Riau, Selasa (18/10/2022). Pemkot Batam mengalokasikan anggaran sebesar Rp13 miliar dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk penanganan inflasi akibat kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan merealisasikan program bantuan sosial, program ketahanan pangan, subsidi transportasi dan menggelar operasi pasar murah. ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/foc/pri.

Semula saat ada penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM), inflasi pada Oktober 2022 diperkirakan bisa mencapai 6,1 persen secara tahunan, tetapi realisasinya hanya 5,7 persen

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan inflasi secara tahunan sampai akhir 2022 berada di bawah 6,3 persen atau lebih rendah dari perkiraan semula yang bisa mencapai 6,6 persen.

“Semula saat ada penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM), inflasi pada Oktober 2022 diperkirakan bisa mencapai 6,1 persen secara tahunan, tetapi realisasinya hanya 5,7 persen,” kata Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala IV Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) 2022 yang dipantau di Jakarta, Kamis.

Inflasi inti pada Oktober 2022 yang mencapai 3,31 persen (yoy) juga lebih rendah dari perkiraan sebesar 3,7 persen sehingga di akhir 2022 inflasi inti diperkirakan lebih rendah dari perkiraan awal yang sebesar 4,3 persen (yoy).

“Penyebab inflasi lebih rendah, salah satunya koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengendalikan harga pangan melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan TPID, Gerakan Nasional Pengendali Inflasi Pangan (GNPIP), dan pemberian insentif kepada kepala daerah yang berhasil jaga inflasi,” katanya.

Baca juga: BI sebut inflasi Oktober 2022 akan capai 5,8 persen secara tahunan

Inflasi pangan yang terkendali menjadi faktor positif yang dapat meredam dampak penyesuaian harga BBM.

“Faktor lain yang juga membuat inflasi menjadi lebih rendah dari perkiraan awal ialah stabilisasi nilai tukar rupiah yang dilakukan BI sehingga tidak terjadi imported inflation,” katanya.

Sebelumnya BI juga menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti dapat kembali ke bawah 4 persen secara lebih cepat.

Normalisasi inflasi yang semua diperkirakan baru akan terjadi pada semester II 2023 pun diperkirakan akan terjadi lebih cepat yakni pada paruh pertama 2023.

“BI akan terus memantau, melakukan review respons-respons lanjut bagaimana kebijakan moneter dan inflasi agar terkendali dan segera kembali ke sasaran,” ucap Perry Warjiyo.

Baca juga: BI paparkan kerja sama dengan pemda untuk kendalikan inflasi
 

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022