"Kita harus mempersiapkan dengan baik, dengan berbagai latihan maupun kesiapan logistik. Kita selalu siap siaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan," kata Jusuf Kalla saat menjelang peringatan Hari Relawan beberapa waktu silam.
Tekad dan semangat relawan untuk selalu siaga juga ditunjukkan para relawan PMI Kabupaten dan Kota Sukabumi ketika memberikan bantuan kepada korban bencana di daerah setempat. Mereka tidak mengenal lelah untuk memberikan bantuan kepada masyarakat yang sedang dalam kesusahan.
Para relawan PMI yang menggunakan rompi dengan tanda palang merah selalu di barisan terdepan dalam memberikan bantuan, baik saat melakukan evakuasi, pencarian hingga menyalurkan bantuan untuk para penyintas bencana.
Saat pandemi COVID-19, para relawan PMI di Sukabumi menjadi garda terdepan untuk membantu pemerintah dalam upaya menanggulangi penyebaran virus yang bisa menyebabkan kematian ini. Para relawan berjibaku di lapangan untuk melakukan berbagai pencegahan seperti menyemprotkan cairan desinfektan, mengevakuasi pasien COVID-19 ke ruang isolasi, bahkan ada juga yang membantu merawat pasien di ruang isolasi, hingga ikut menguburkan jenazah pasien COVID-19 yang meninggal dunia.
Aksi heroik yang dilakukan para relawan PMI merupakan panggilan jiwa walaupun nyawa menjadi taruhannya. Saat pandemi COVID-19, PMI Kota Sukabumi bahkan harus kehilangan relawan terbaiknya yakni Lilik Suhaeli yang gugur saat bertugas membantu menanggulangi penyebaran COVID-19.
Ketika pandemi COVID-19 melandai, para relawan PMI tetap siaga mengantisipasi terjadinya bencana lainnya. Deru sirine ambulans bersahutan pada Minggu, (23/10), telah mengkonfirmasi terjadi bencana alam, dan mereka pun bergegas menuju lokasi bencana.
Bencana tanah longsor telah mengubur sebagian Kampung Cibunar, RT 19, RW 05, Desa/Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Para relawan PMI bergabung dengan jajaran badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) setempat untuk membantu mengevakuasi dua korban tertimbun lumpur.
Selang dua hari, tepatnya pada Selasa, (25/10), para relawan harus kembali menuju lokasi tanah longsor di Kampung Cileutik, Desa Pasirdatar, Kecamatan Caringin, Kabupaten Sukabumi. Para relawan bergabung jajaran pemangku kepentingan yang lain kembali melakukan evakuasi tiga korban meninggal tertimbun material longsor.
Meskipun, diakuinya, hal itu cukup melelahkan. Tetapi, kelelahan itu terbayarkan di saat penyintas bisa kembali tersenyum. "Tanpa diminta pun kami akan membantu, meski jiwa dan raga menjadi taruhannya, meski harus bertugas di luar wilayah tugas, asalkan bisa melihat mereka (penyintas) yang sedang kesusahan bisa kembali tersenyum," kata Humas PMI Kabupaten Sukabumi, Ariel Solehudin.
Rogoh kocek sendiri
Saat operasi kemanusiaan, para relawan PMI ini tidak segan merogoh koceknya sendiri baik untuk kepentingan pribadi maupun orang lain. Biasanya sebelum perbekalan dikirim ke lokasi operasi, mereka harus menggunakan dana pribadi, bahkan, harus menahan dahaga dan lapar di lokasi bencana karena persediaan logistik sangat terbatas.
Namun, semua itu bukan menjadi penghambat para relawan PMI untuk terus berjuang demi kemanusiaan. Ketahanan fisik dan mental mereka sudah teruji, karena relawan yang diterjunkan ke lokasi bencana mempunyai keahlian di bidangnya masing-masing.
Secara rutin, setiap relawan mendapatkan pelatihan dari para pelatih profesional dan berpengalaman, sehingga saat ditugaskan ke lapangan mereka sudah siap dan bisa meminimalisasikan kesalahan. Tentunya, di saat di lokasi bencana, segalanya serba terbatas. Jika ingin membeli sesuatu harus mengeluarkan dana sendiri. Jika tidak punya uang, biasanya meminjam ke rekannya.
Bagi para relawan, yang terpenting adalah bagaimana caranya bisa membuat tersenyum para penyintas, khususnya anak-anak yang terdampak bencana. PMI sendiri mempunyai Program Dukungan Psikososial atau Psychosocial Support Prgramme (PSP) dengan cara menghibur para penyintas mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Dengan datangnya musim hujan, para relawan PMI perlu meningkatkan kesiapsiagaannya. Apalagi, wilayah Kota/Kabupaten Sukabumi termasuk daerah yang rawan bencana, khususnya bencana alam.
Dari Sistem informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) yang dihimpun BPBD Kota Sukabumi misalnya, selama Januari hingga Agustus 2022, tercatat sebanyak 109 kali kejadian bencana, yang tersebar di 7 kecamatan. Akibat kejadian tersebut ditaksir nilai kerugian material mencapai Rp7.661.395.000.
Sementara itu, Kepala Pelasana BPBD Kabupaten Sukabumi, Wawan Gondawan, menyebut hingga 15 Oktober, ada sekitar 649 kejadian bencana di wilayahnya. Dari kejadian tersebut sekitar 40 persen bencana yang disebabkan tanah longsor.
Karena itu, BPBD mengimbau masyarakat semakin meningkatkan kewaspadaan, karena beberapa waktu terakhir ini, curah hujan sangat tinggi. Bahkan, menurut prakiraan Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan akan terjadi pada Januari hingga Februari 2023.
"Ketika curah hujan durasi panjang dan lebat disertai angin, kewaspadaan sangat penting. Sehingga sangat penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan lagi,” kata Wawan Gondawan.
Siapa pun pasti tidak menghendaki bencana. Kendati demikian, mitigasi bencana tetap harus dilakukan semua pihak, termasuk upaya penanganan korban bencana, agar mereka bisa tersenyum kembali.
"Melihat orang lain yang sedang kesusahan bisa tersenyum kembali merupakan upah untuk kami," kata Humas PMI Kabupaten Sukabumi, Ariel Solehudin, menambahkan.
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022