• Beranda
  • Berita
  • Reisa: Vaksin COVID-19 bukan penyebab gagal ginjal akut pada anak

Reisa: Vaksin COVID-19 bukan penyebab gagal ginjal akut pada anak

7 November 2022 20:15 WIB
Reisa: Vaksin COVID-19 bukan penyebab gagal ginjal akut pada anak
Tangkapan layar Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (7/11/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

tidak ada hubungannya dengan gagal ginjal akut pada anak ya

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro menekankan bahwa vaksin COVID-19 yang dikonsumsi oleh ibu menyusui bukan penyebab terjadinya gangguan ginjal akut pada anak.

“Itu tidak benar alias hoaks saja. Meskipun bagi ibu hamil dan ibu menyusui telah melakukan vaksinasi, tapi tidak ada hubungannya dengan gagal ginjal akut pada anak ya,” kata Reisa dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Menanggapi isu gagal ginjal akut disebabkan dari vaksin COVID-19 yang dikonsumsi ibu menyusui, Reisa menekankan bahwa vaksin COVID-19 tidak mengandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang diduga terkait dengan kasus gangguan ginjal akut karena melebihi ambang batas.

Selain itu gagal ginjal akut yang akhir-akhir ini merebak di kalangan anak-anak, juga diduga berasal dari obat yang dijual oleh apotek dalam bentuk sirop atau cairan lainnya dan tercemar oleh kedua kandungan tersebut.

Dengan demikian, Reisa menyatakan vaksin COVID-19 aman bagi seluruh masyarakat karena sudah terbukti kandungannya lebih bermanfaat bagi imunitas tubuh dan sudah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Baca juga: Reisa minta prokes diperketat akibat kasus COVID-19 dunia kembali naik

Baca juga: Pemerintah: BOR rumah sakit dan "positivity rate" COVID-19 meningkat

Apalagi dengan tren kasus positif positif maupun kematian yang mulai kembali mengalami kenaikan. Seharusnya masyarakat semakin peduli terhadap kesehatan dirinya dan orang di sekitarnya, dengan segera mendapatkan vaksin COVID-19 di fasilitas layanan kesehatan terdekat.

Menurut Reisa dibanding mengkhawatirkan hoaks yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, semua pihak harus menggenjot cakupan dosis booster yang per 6 November 2022  yang masih 27,86 persen atau masih jauh dari target yang ditentukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 50 persen.

Sebab, ketahanan negara dapat terjaga jika tidak terjadi lonjakan kasus ataupun tingginya keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR) karena semua warga telah memiliki antibodi yang tinggi dan sanggup melawan virus dalam tubuh.

“Ini harus disemangati kembali, bagi semuanya yang belum melengkapi dengan vaksinasi booster, ayo segera melengkapi. Kita butuh kerja sama semua pihak, termasuk kesadaran diri kita sendiri dan sekitar untuk segera menyukseskan target ini,” ujar dia.

Oleh karenanya, Reisa meminta setiap pihak untuk tidak menyebarkan hoaks yang membuat masyarakat resah. Masyarakat juga diimbau untuk terus mengikuti perkembangan terkait gagal ginjal akut pada anak, supaya setiap anak dapat terlindungi dan orang tua memiliki pengetahuan yang valid.

Selain itu, Reisa juga meminta agar tidak ada pihak yang mengabaikan bahaya dari COVID-19 meski sub varian baru XBB yang telah ditemukan di 28 negara, memberikan gejala yang lebih ringan terhadap pasien.

“Mohon kepada masyarakat untuk selalu mengecek kebenaran beritanya melalui kanal-kanal resmi pemerintah seperti Kementerian Kesehatan dan BPOM supaya tahu apakah berita yang diterima ini benar atau tidak,” kata duta adaptasi kebiasaan baru itu.

Baca juga: Reisa: Varian XBB lebih cepat menular dibanding BA.5 dan BA.2

Baca juga: Reisa: Imunisasi cegah penyakit berulang penyebab kekerdilan anak

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022