• Beranda
  • Berita
  • Analis: 95,9 persen masyarakat optimis RI tidak akan resesi di 2023

Analis: 95,9 persen masyarakat optimis RI tidak akan resesi di 2023

8 November 2022 19:34 WIB
Analis: 95,9 persen masyarakat optimis RI tidak akan resesi di 2023
Analis data pada Continuum Data Indonesia Natasha Yulian dalam acara Respons Indef Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kuartal-3 Tahun 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa (08/11/2022). (ANTARA/Agatha Olivia Victoria)

Atau setidaknya kalaupun terjadi resesi mereka yakin dampaknya ke Indonesia tidak seburuk yang dikhawatirkan

Analis data pada Continuum Data Indonesia Natasha Yulian mengungkapkan sebanyak 95,9 persen masyarakat optimistis Indonesia tidak akan mengalami resesi di tahun 2023, sehingga mereka tidak khawatir terhadap isu resesi pada tahun depan.

"Atau setidaknya kalaupun terjadi resesi mereka yakin dampaknya ke Indonesia tidak seburuk yang dikhawatirkan," ujar Natasha dalam acara Respons Indef Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kuartal-3 Tahun 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Selasa.

Hasil tersebut diambil dari data 51.525 akun media sosial dengan 60.781 pembicaraan tentang resesi, dimana 78,5 persen perbincangan berasal dari Pulau Jawa dalam periode 17 Oktober 2022 sampai 1 November 2022.

Dengan demikian, ia mengatakan hanya 4 persen perbincangan yang menunjukkan masyarakat khawatir terhadap isu resesi pada tahun 2023.

Analis pada perusahaan riset tersebut menjelaskan optimisme masyarakat tersebut berasal dari berbagai berita yang menunjukkan kondisi Indonesia yang semakin membaik, salah satunya data berupa perekonomian Indonesia yang menjadi salah satu terbaik di ASEAN dan bahkan lebih tinggi dari Eropa dan Amerika Serikat.

Survei turut menunjukkan dari seluruh perbincangan positif tentang resesi, terdapat 69,33 persen perbincangan positif berisikan optimisme Indonesia aman dari resesi, 21,6 persen berisi pemesanan iphone ludes tanda tak jadi resesi, dan 4,24 persen imbauan untuk tak takut resesi dan hidup normal.

Kemudian sebanyak 3,69 persen pernyataan positif berisi tidak takut resesi karena sudah melewati pandemi, serta 1,14 persen soal tak perlu khawatir dengan resesi.

Sementara itu dari sentimen negatif meliputi sebanyak 45 persen perbincangan negatif berisikan kritik pemerintah yang ketar-ketir dengan resesi tahun depan, 30,34 persen influencer yang memanfaatkan situasi untuk fear monerging, serta 8,09 persen merasa setiap hari sudah mengalami resesi.

Lalu sebanyak 8,01 persen perbincangan negatif berisi resesi di depan mata tetapi pejabat sibuk pencitraan, 7,13 persen mengimbau menyimpan duit banyak sebelum resesi, dan 1,4 persen menyatakan pasar mulai sepi merupakan pertanda resesi.

Ia menyebutkan survei mengungkapkan kenaikan harga menjadi hal yang paling dikhawatirkan jika nantinya terjadi resesi, yakni sebanyak 52,8 persen responden.

"Selain itu, krisis pangan (30,6 persen) dan susah mencari pekerjaan (4,2 persen) juga menjadi hal yang dikhawatirkan jika resesi datang," tambahnya.

Maka dari itu, kata dia, hemat dan menabung menjadi hal yang paling disarankan untuk menghadapi resesi jika berdasarkan survei, yakni 50,1 persen.

Namun di sisi lain, tetap belanja juga menjadi salah satu hal yang banyak disarankan yakni 21 persen, lantaran belanja akan membantu perputaran perekonomian domestik sehingga bisa jauh dari resesi.

Baca juga: Menko Airlangga nilai RI bisa keluar dari resesi global di tahun depan
Baca juga: Wamendag: Indonesia siap hadapi resesi ekonomi
Baca juga: Menparekraf berharap UMKM jadi pelita di tengah isu resesi tahun depan

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022