• Beranda
  • Berita
  • Pakar UGM: Migrasi TV analog ke digital wujudkan siaran beragam

Pakar UGM: Migrasi TV analog ke digital wujudkan siaran beragam

8 November 2022 23:55 WIB
Pakar UGM: Migrasi TV analog ke digital wujudkan siaran beragam
Warga menonton televisi di rumahnya, Depok, Jawa Barat, Selasa (15/6/2021). Proses Analog Switch Off (ASO) atau migrasi dari siaran tv analog ke digital akan segera dimulai, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menetapkan tahapan migrasi mulai 17 Agustus 2021 hingga 2 November 2022. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.

migrasi ke TV digital juga berpotensi meningkatkan pendapatan nasional

Pakar ilmu komunikasi Universitas Gadjah Mada Rahayu mengatakan migrasi dari TV analog ke TV digital memberikan peluang konten siaran yang lebih beragam bagi masyarakat.

"TV yang ada sudah terlanjur dikuasai oleh sejumlah konglomerat media sehingga tidak bisa diharapkan lagi. Perlu kehadiran TV-TV baru yang dapat menyajikan konten yang lebih beragam, kreatif," kata Rahayu melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa.

Selain itu, kata dia, kualitas siaran TV digital, khususnya kualitas audio-visualnya jauh lebih bagus dibanding TV analog.

"Menawarkan lebih banyak variasi konten dan layanan komunikasi lainnya di luar penyiaran. Bagi pemerintah, migrasi ke TV digital juga berpotensi meningkatkan pendapatan nasional," kata dia.

Dengan jumlah spektrum frekuensi digital yang berlipat, menurut dia, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menyelenggarakan penyiaran, terutama penyiaran komunitas dan penyiaran publik yang selama ini cenderung terabaikan.

Baca juga: Kemenkominfo minta KPI lebih masif awasi siaran digital
Baca juga: ASO dibutuhkan supaya akses internet meluas

Jumlah spektrum frekuensi yang banyak, lanjut Rahayu, juga memungkinkan dimanfaatkan untuk mengembangkan atau meningkatkan layanan komunikasi bencana.

"Seperti di Jepang, komunikasi terkait mitigasi bencana memanfaatkan penyiaran televisi untuk dapat menjangkau masyarakat luas," ujar ketua Prodi Magister Ilmu Komunikasi Fisipol UGM ini.

Kondisi ini berbeda dengan frekuensi analog selama ini yang tidak mampu memenuhi permintaan pendirian TV baru.

Migrasi analog ke digital, kata dia, bakal memunculkan usaha-usaha atau industri baru yang membuka lapangan kerja bagi masyarakat seperti pengelolaan multipleksing, produksi set-top-box, pesawat TV digital, content provider dan lain-lain.

Namun demikian, menurut Rahayu, ketersediaan set-top-box (STB) di pasaran tidak selalu ada, kalaupun ada tidak sesuai dengan standar STB yang ditetapkan oleh Kominfo.

"Harapan kita pemerintah perlu memastikan distribusi set-top-box menjangkau masyarakat yang memerlukan," kata dia.

Baca juga: Komisi I sesalkan LPS tidak jalankan program migrasi

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022