Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Dr. Eva Susanti, S.Kp.,M.Kes mengatakan penanggulangan penyakit diabetes harus dilakukan lewat pengelolaan secara komprehensif.Saat ini baru 1 dari 4 penyandang diabetes yang terdiagnosis mengakses layanan pengobatan
"Pengelolaan ini dilakukan secara paripurna mulai dari promosi kesehatan, deteksi dini faktor risiko, penanganan kegawatdaruratan, tatalaksana pengobatan, serta deteksi dini komplikasi," kata Eva di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Dokter: Penerapan perilaku "Cerdik" diharapkan bisa cegah diabetes
Eva mengatakan tantangan besar dalam pengendalian penyakit ini adalah diabetes belum sepenuhnya terdiagnosis di tengah masyarakat. Sebanyak tiga dari empat orang mengidap diabetes tidak tahu dirinya menderita penyakit itu.
Akibatnya, penyakit kerap ditemukan pada tahap lanjut atau sudah disertai komplikasi.
"Saat ini baru 1 dari 4 penyandang diabetes yang terdiagnosis mengakses layanan pengobatan dan hanya 14 persen penyakitnya terkendali," ujar Eva.
Fenomena ini mengkhawatirkan karena diabetes dapat menyebabkan penyakit lain, seperti munculnya kompilasi mikrovaskuler seperti neuropati, nefropati, retinopati, dan komplikasi makrovaskuler seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal, kebutaan serta komplikasi berbagai organ lainnya.
Baca juga: Dokter ingatkan bahaya komplikasi yang bisa muncul dari diabetes
Dia memaparkan Kementerian Kesehatan berkomitmen melakukan Transformasi Kesehatan khususnya di layanan primer dan layanan rujukan dalam rangka pengelolaan diabetes secara komprehensif.
Transformasi layanan primer meliputi promosi dan edukasi untuk mengubah pola hidup, menjaga pola makan dan melakukan aktivitas fisik dengan perilaku CERDIK. CERDIK sendiri mengandung pesan berupa (C)ek kesehatan rutin, (E)nyahkan asap rokok, (R)ajin aktivitas fisik, (D)iet seimbang, (I)stirahat cukup dan (K)elola stres
Selain itu, deteksi dini faktor risiko diabetes dapat dilakukan di Posyandu, peningkatan layanan primer dengan pengembangan panduan praktik agar pasien yang telah dideteksi dini mendapatkan tatalaksana dan pengobatan sesuai standar dan terkontrol kondisinya.
"Untuk transformasi layanan rujukan, disusun program jejaring rujukan nasional," ujar dia.
Diabetes merupakan salah satu penyakit yang menjadi beban kesehatan di dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2019 menunjukkan bahwa diabetes termasuk ke dalam 10 besar penyebab kematian dan disabilitas global.
Baca juga: Dokter ingatkan tiga gejala spesifik diabetes yang harus diwaspadai
Menurut data International Diabetes Federation tahun 2021, saat ini terdapat 537 juta orang berusia 20-79 tahun di dunia yang menderita diabetes atau 10,5 persen dari total penduduk pada usia yang sama.
Angka ini diperkirakan akan semakin meningkat hingga mencapai 643 juta (11,3 persen) pada 2030 dan 783 juta (12,2 persen) pada 2045.
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi ke-5 di dunia yaitu sebesar 19,5 juta (10,6 persen) dan angka ini diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 28,6 juta pada 2045.
Selain itu, Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang termasuk ke dalam daftar 10 negara dengan penderita diabetes tertinggi di dunia.
Baca juga: Mengapa makanan dan minuman manis bikin ketagihan?
Baca juga: Dokter: Batasi asupan gula maksimal empat sendok makan sehari
Baca juga: Waspadai tiga gejala diabetes dan atasi segera
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022