Acara tahunan ini memberi gambaran mengenai suasana perjuangan, pengorbanan dan semangat tidak pantang menyerah arek-arek Suroboyo melawan tentara sekutu pada pertempuran 10 November 1945.
Parade Surabaya Juang berupa drama kolosal yang sajikan para komunitas sejarah sangat baik. Parade itu untuk mengingatkan kembali tentang arti penting meraih kemerdekaan bukan sesuatu hal yang mudah. Para pahlawan kala itu telah memberikan contoh terbaiknya.
Ribuan warga Surabaya memenuhi sepanjang rute parade heroik tersebut, mulai dari Jalan Pahlawan, Kramat Gantung, Gemblongan, Tunjungan, Yos Sudarso hingga depan Balai Kota Surabaya pada pada Minggu (6/11).
Antusias masyarakat yang hadir menyaksikan parade ini juga tampak dari kerumunan warga yang mengular di sepanjang ruas jalan. Parade diawali dari Jalan Pahlawan, melewati Jalan Kramat Gantung, lalu Jalan Tunjungan, berlanjut ke Jalan Gubernur Suryo dan finis di Balai Kota Surabaya.
Euforia di tengah terik matahari tidak menghalangi keseruan parade. Justru semakin siang kian ramai. Ribuan pasang mata warga menyaksikan pecahnya acara Parade Surabaya Juang setelah dua tahun vakum karena pandemi COVID-19.
Kemeriahan acara pun terasa karena pergelaran parade ini melibatkan banyak komunitas, mulai pecinta sejarah, sepeda dan mobil kuno, cosplay anime, dan beragam etnis yang tinggal di Kota Pahlawan pun terlibat, hingga rombongan kendaraan tempur anoa.
Tahun depan, parade heroik itu dipastikan akan lebih meriah karena acara (event) besar ini sudah bersiap menjadi agenda nasional tahun depan. Selain Parade Surabaya Juang, Festival Rujak Uleg juga siap menjadi agenda nasional.
Dua event ini sudah disiapkan melalui proses panjang, termasuk kurasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Pusat. Jika sudah menjadi event nasional, maka promosi diharapkan lebih meluas dan para pengunjung lebih banyak dari berbagai daerah.
Parade Surabaya Juang ini tidak dimiliki oleh daerah lainnya di Indonesia. Parade ini dan hanya dimiliki oleh daerah yang mendapatkan julukan Kota Pahlawan.
Sebelum dua event ini ditarik menjadi event nasional, Pemerintah Kota Surabaya mengikuti sistem kurasi dari Pemerintah Pusat. Kala itu, semua kabupaten dan kota di Indonesia mengirimkan event-eventnya, lalu dilakukan kurasi. Sedangkan yang masuk ke event nasional dari Kota Surabaya adalah dua event itu.
Menurut Kepala Dinas Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Surabaya, Wiwiek Widayati, pelaksanaan Parade Surabaya Juang pada 2023 akan lebih meriah karena nantinya promosi acara akan didukung Pemerintah Pusat. Hal ini tentu akan menjadi daya tarik bagi para wisatawan untuk hadir dan menyaksikan event nasional ini.
Tidak hanya itu, dua event nasional itu akan menjadi komoditas bisnis di Kota Pahlawan. Sebab, ketika event ini ditarik menjadi agenda nasional, berarti jangkauan penonton dan pengunjungnya akan semakin luas, sehingga ini akan mengangkat perekonomian Surabaya.
Rencana tersebut mendapat dukungan dari berbagai pihak, di antaranya Wakil DPRD Surabaya, Laila Mufidah. Ia berharap Parade Surabaya Juang dan Festival Rujak Uleg terus dikembangkan agar ke depan menjadi daya tarik wisatawan regional dan mancanegara. Selain itu, menjadi pelecut dan semangat dari Pemkot Surabaya untuk terus berkreasi dalam menggelar Parade Surabaya Juang dan Festival Rujak Uleg di masa datang.
Filosofi Parade Juang
Tahun ini, Parade Surabaya Juang diikuti oleh 3.500 peserta. Para peserta terdiri dari prajurit TNI, Polri, perangkat daerah di lingkup Pemkot Surabaya, berbagai komunitas sejarah dan pemuda, serta organisasi kemasyarakatan.
Dalam parade tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Surabaya Armuji serta jajaran Forkopimda Surabaya menunggang kuda. Hal ini menjadi pembeda dari pergelaran Parade Surabaya Juang tahun ini. Biasanya, Wali Kota Surabaya dan Wakil Wali Kota Surabaya serta Forkopimda Surabaya menaiki tank Anoa dalam event tersebut.
Cak Eri -- panggilan akrab Eri Cahyadi -- saat itu memerankan sosok pejuang yang mengobarkan semangat pertempuran rakyat melawan tentara sekutu untuk mempertahankan kemerdekaan dalam teatrikal Parade Surabaya Juang.
Teatrikal ini diawali dengan ultimatum yang dilayangkan sekutu Inggris kepada rakyat Surabaya melalui selebaran. Dalam selebaran itu, sekutu meminta rakyat Surabaya untuk tunduk dan menyerahkan senjata yang berhasil direbut dari tentara Jepang. Sontak, hal itu membuat rakyat Surabaya marah dan melawan.
Teatrikal pertempuran yang diperankan sejumlah komunitas sejarah di Surabaya ini tampak begitu nyata. Bahkan, seluruh pemain teatrikal memakai baju pejuang lengkap dengan atribut senjata seperti di kala peristiwa 10 November 1945.
Desing senapan hingga meriam terdengar terus bersahutan selama berjalannya teatrikal pertempuran. Bahkan, Jalan Pahlawan tampak membara layaknya seperti dalam medan perang.
Cak Eri menjelaskan filosofi dari acara Parade Surabaya Juang tersebut. Pada 10 November dulu, para pahlawan sudah mengajarkan kepada semuanya untuk berjuang merebut kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan itu tanpa melihat suku, ras, dan agamanya.
Oleh karena itu, Kota Surabaya dengan budaya "Arek"-nya diharapkan akan bisa merebut kemerdekaan Surabaya dari kemiskinan, dari kebodohan, dan pengangguran. Hal itu bisa diwujudkan jika pemerintah dan masyarakatnya berjuang bersama-sama.
Bagi Cak Eri, inti dari Parade Surabaya Juang adalah mengembalikan semangat kepahlawanan di hati Arek-Arek Surabaya dan bangsa Indonesia. Sebab, pertempuran 10 November 1945 yang diajarkan oleh para pahlawan ketika berjuang merebut kemerdekaan ini tidak melihat suku, ras dan agama.
Dalam konteks masa kini, merebut kemerdekaan adalah bagaimana melawan kemiskinan dan kebodohan. Surabaya akan mampu merebut kemerdekaan dengan budaya arek, gotong-royong dan semangat kebersamaan. Untuk itu, semangat kepahlawanan bisa terus membara di hatinya arek-arek Suroboyo.
Ziarah makam Pahlawan
Pada peringatan Hari Pahlawan ini, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Forum Komunikasi Daerah (Forkopimda) melaksanakan ziarah dan tabur bunga ke sejumlah Makam Pahlawan di Kota Surabaya.
Ziarah ke makam pahlawan tersebut untuk mengenang jasa para pahlawan dan berdoa semoga semangat para pahlawan akan ada tetap di dalam hati Arek-Arek Suroboyo.
Ziarah dan tabur bunga tersebut dilakukan di Taman Makam Pahlawan (TMP) di Jalan Kusuma Bangsa, Taman Makam Pahlawan WR. Soepratman di Jalan Kenjeran, dan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bung Tomo di Jalan Bung Tomo Kota Surabaya.
Cak Eri menabur bunga di salah satu makam pahlawan. Makam tersebut adalah tempat peristirahatan terakhir pahlawan Letkol (L) Pnb Eddy Basuki. Sedangkan, Wakil Wali Kota Surabaya Armuji menabur bunga di tempat peristirahatan terakhir pahlawan Lettu Abd Moentalib.
Perjalanan dilanjutkan menuju ke Makam Pahlawan WR. Soepratman. Di sana, kali pertama Wali Kota Eri dan Wawali Armuji bersama Forkopimda Surabaya berziarah dan menabur bunga tempat peristirahatan terakhir pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya. Demikian pula dengan Makam Pahlawan Bung Tomo, yakni Sang Orator pelecut semangat Arek-Arek Suroboyo saat melawan sekutu.
Pada prosesi tabur bunga itu, Cak Eri kembali mengajak seluruh masyarakat di Kota Surabaya untuk ikut menumbuhkan semangat jiwa kepahlawanan, yakni meneruskan perjuangan para pahlawan untuk memberantas kemiskinan dan kebodohan.
Peringatan Hari Pahlawan merupakan momentum refleksi, untuk menggali nilai-nilai mulia di dalamnya, serta meneruskan perjuangan para pahlawan, salah satunya dengan mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan semangat para pahlawan inilah, semoga semua itu tercapai.
Demi mengobarkan semangat kepahlawanan arek-arek Suroboyo, Pemkot Surabaya menggelar serangkaian acara di Hari Pahlawan tahun ini. Setelah acara Parade Surabaya Juang dan tabur bunga di makam pahlawan, selanjutnya menggelar upacara 10 November di halaman Balai Kota Surabaya.
Pada malam harinya, digelar doa bersama (istighotsah) dengan tajuk Surabaya Bersholawat bersama Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf atau Habib Syech di Lapangan Monumen Tugu Pahlawan. Doa bersama dipanjatkan agar semangat juang para pahlawan tetap berada di hati warga Kota Surabaya. Surabaya ke depan semoga bisa benar-benar merdeka, yakni merdeka dari kemiskinan, kebodohan, serta terwujud masyarakat yang lebih sejahtera.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022