"Mimpi kita, visi kita, 2045 menjadi negara dengan pemasukan tinggi. Kita sekarang di sekitar 4.000 dolar AS pendapatan per kapita, kita mimpi di 2030 bisa di 10 ribu dolar dan menurut saya itu bisa lebih," kata Luhut di Kabupaten Badung, Bali, Kamis.
Adapun lima hal yang disebutkan Luhut dalam sesinya di Indonesia Fintech Summit ke-4 salah satunya membendung pandemi dan memulihkan perekonomian di tengah berbagai tantangan global.
"Banyak orang tidak sadar begitu kompleksnya penanganan pandemi COVID-19, Indonesia salah satu negara yang cepat melakukan itu. Saya dikritik banyak kenapa tidak lockdown dan saya lapor Presiden saya tidak percaya lockdown," ujar Menko Marves.
Menurutnya, untuk membendung pandemi yang semestinya dilakukan adalah melihat dari pergerakan manusia, bagaimana vaksinasi dan akhirnya berhasil melewati itu berkat kerjasama tim.
Upaya kedua yang menurutnya penting adalah mengubah ekonomi dari berbasis komoditas menjadi berbasis industri, dan ketiga, meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi.
"Meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi akibatnya korupsi berkurang karena korupsi datang dari pengadaan. Karena sekarang digitalisasi tidak ada tender, tapi banyak yang tidak suka tapi saya tidak peduli. Pengeluaran akan turun, pendapatan negara naik, UMKM naik," kata Luhut Binsar.
Hal berikutnya yang harus dilakukan untuk menjadi negara dengan pemasukan tinggi adalah memperkuat ketahanan ekonomi melalui peningkatan dana desa, kata dia.
"Orang tidak berpikir mengapa ekonomi kita hebat, saya pikir hanya karena industrialisasi maju dan berbasis komoditas, ternyata dana desa yang kita bikin hampir 500 triliun dolar Amerika selama tujuh tahun itu berdampak pada 74 ribu desa," kata Luhut Binsar.
Setiap tahunnya, kata dia, hampir 1 milyar dolar Amerika yang turun dan berputar di desa membuat mereka tangguh. Dalam kesempatan itu, Luhut juga meminta asosiasi keuangan digital dari Asosiasi Fintech Indonesia (Aftec) agar lebih peduli dengan itu.
Selanjutnya upaya kelima untuk meningkatkan pendapatan per kapita sekaligus GDP Indonesia dari 1,3 triliun dolar Amerika agar menjadi 3,5 triliun dolar Amerika pada 2030 adalah mengurangi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan transisi energi.
Menko Marves mengaku optimistis target tersebut tercapai mengingat kelebihan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, nomor satu cadangan nikel di dunia, nomor dua cadangan timah di dunia, nomor tujuh cadangan tembaga di dunia serta memiliki 437 Giga Watt potensi energi terbarukan.
Baca juga: Menko Marves: Persiapan KTT G20 di Bali 99 persen
Baca juga: Menko Marves: Dunia melihat Indonesia sebagai superpower mini
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022