"Pemerintah melalui posyandu dan puskesmas terus memastikan terpenuhinya asupan gizi untuk ibu hamil agar tidak terjadi kekurangan gizi kronik," kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK Agus Suprapto ketika dihubungi dari Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan pemerintah terus memastikan intervensi pencegahan stunting pada perempuan dilakukan sejak sebelum kelahiran dan sesudah kelahiran.
"Untuk sebelum kelahiran telah dilakukan program pendistribusian tablet tambah darah untuk remaja putri dan program tambahan asupan gizi untuk ibu hamil, selain itu melengkapi puskesmas dengan USG untuk mempertajam identifikasi ibu hamil," katanya.
Ia menambahkan pascakelahiran juga dilakukan program untuk mendukung pemenuhan konsumsi protein hewani bagi balita.
"Pemerintah juga merevitalisasi proses rujukan balita kurang gizi dan stunting serta merevitalisasi dan melengkapi alat ukur digital di seluruh posyandu," katanya.
Agus mengatakan upaya tersebut untuk mencapai target penurunan stunting pada tahun 2024.
"Seperti diketahui bahwa prevalensi stunting harus turun sebesar tiga persen per tahun hingga menjadi 14 persen pada 2024. Sementara prevalensi stunting saat ini sebesar 24,4 persen," katanya.
Baca juga: Pemerintah cegah perkawinan anak untuk turunkan risiko stunting
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) Tahun 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.
Dalam percepatan penurunan stunting, Kemenko PMK mendorong pendampingan pada tujuh provinsi prioritas, yakni Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.
"Perlu kolaborasi dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah hingga seluruh masyarakat dalam rangka menurunkan prevalensi stunting," katanya.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fetomaternal Rima Irwinda mengingatkan generasi unggul dan berkualitas ditentukan sejak masa kehamilan.
"Yang perlu dicita-citakan bukan hanya melahirkan bayi dengan berat badan cukup, tapi juga bayi yang sehat dan berkualitas," kata dia.
Dokter dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Divisi Fetomaternal itu, mengharapkan pemenuhan nutrisi selama masa kehamilan akan melahirkan bayi sehat dan pada kemudian hari tidak mengalami masalah kesehatan, seperti hipertensi, obesitas, atau kardiovaskular.
"Selain itu, diharapkan juga berkualitas, artinya perkembangan neurologisnya baik, misalnya inteligensi dan pendidikannya lebih tinggi dari orang tuanya," katanya.
Baca juga: Memangkas tengkes, menyemai generasi unggul di Riau
Baca juga: Pakar ingatkan buruknya fasilitas sanitasi bisa jadi penyebab stunting
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022