• Beranda
  • Berita
  • KADIN selenggarakan Net Zero Summit 2022 bahas dekarbonisasi industri

KADIN selenggarakan Net Zero Summit 2022 bahas dekarbonisasi industri

11 November 2022 09:16 WIB
KADIN selenggarakan Net Zero Summit 2022 bahas dekarbonisasi industri
Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid. Foto: Dok. KADIN Indonesia

Kamar Dagang dan Industri (KADIN) melalui KADIN Net Zero Hub menyelenggarakan Net Zero Summit 2022 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali, Jumat untuk membahas urgensi, tantangan, peluang, bagi perusahaan regional-global dalam dekarbonisasi.

Acara Net Zero Summit 2022 dengan tema “Industrial Decarbonization at All Cost” ini termasuk dalam rangkaian kegiatan Business 20 (B20) Summit 2022, yang merupakan forum dialog resmi G20 dengan komunitas bisnis global, yang mencakup sekitar 2.000 peserta yang mewakili lebih dari 6,5 juta bisnis

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Arsjad Rasjid dalam sambutannya menyerukan bahwa semua kalangan industri harus mengubah cara mereka melakukan bisnis dengan fokus pada pengurangan emisi karbon atau dekarbonisasi.

“Perusahaan butuh mengubah cara mereka melakukan bisnis. Di sisi lain perusahaan butuh regulasi yang kondusif yang bisa diakses industri. Dibutuhkan penggunaan energi bersih dan pembiayaan untuk mendukung dekarbonisasi industri,” jelas Arsjad di Bali, Jumat.

Dia mengatakan diperlukan gotong-royong dan kolaborasi inklusif untuk memastikan tidak ada perusahaan yang tertinggal dalam upaya pengurangan emisi karbon.

“Tidak mudah mewujudkan nol emisi karbon. Saya berharap Net Zero Summit ini bisa mengakselerasi dekarbonisasi industri, tidak hanya bagi perusahaan di Indonesia tapi juga global,” jelasnya.

Sementara itu Ketua KADIN Net Zero Hub Muhammad Yusrizki dalam keterangannya mengatakan Net Zero Summit 2022 yang diselenggarakan oleh pihaknya, diikuti 700 peserta dari 30 negara dan 20 industri, yang membahas hal-hal terkait dengan urgensi, tantangan, peluang, dan ajakan bertindak bagi perusahaan regional dan global untuk mendekarbonisasi industri.

Dia menyampaikan, dengan kian banyaknya narasi seputar perubahan iklim dan dampaknya pada setiap aspek kehidupan, terdapat urgensi yang semakin besar untuk membawa pentingnya dekarbonisasi industri Indonesia.

“Dekarbonisasi industri adalah jalan yang harus diambil oleh bisnis dan industri untuk mengurangi jejak karbon secara signifikan. Kolaborasi dan kerjasama yang kuat penting untuk menjawab tantangan global perubahan iklim,” jelas Yusrizki.

Ketua B20 Indonesia Shinta Widjaja Kamdani, dalam sambutannya di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Jumat, menyampaikan Forum B20 melalui side event Net Zero Summit 2022, menjadi tanda komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon

“Kita mulai forum B20 untuk secara spesifik mengangkat isu zero emition. B20 Summit menjadi komitmen Indonesia dalam pengurangan emisi karbon,” jelas Shinta.

Sementara Resident Representative of United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia Norimasa Shimomura mengatakan sejauh ini telah banyak pemimpin politik yang menyatakan komitmennya dalam isu perubahan iklim, di mana Indonesia menjadi pemain global dalam isu tersebut.

Oleh karena itu UNDP akan terus mempromosikan penggunaan energi baru terbarukan kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia.

“UNDP akan terus mempromosikan energi baru terbarukan dan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil dengan mendorong investasi teknologi pada industri,“ kata Norimasa.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo dalam pertemuan pendahuluan B20 Januari 2022 lalu, telah menyampaikan bahwa Presidensi G20 Indonesia mengajak G20 dan B20 untuk berkolaborasi menciptakan terobosan-terobosan dan aksi nyata untuk berkontribusi lebih besar bagi pemulihan ekonomi global.

Presiden mengingatkan, sejalan dengan fokus utama Presidensi G20 Indonesia, terdapat tiga hal peluang utama yang harus dimanfaatkan.

Pertama adalah transisi menuju ekonomi hijau. Kedua, tren ekonomi digital yang makin pesat, dan ketiga, perbaikan arsitektur kesehatan global yang lebih responsif dalam menghadapi pandemi global.

Menurut Presiden Jokowi, transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan merupakan tanggung jawab besar dan sekaligus memberikan peluang besar. Dia menekankan potensi di sektor energi terbarukan harus diikuti dengan skenario dan peta jalan yang jelas, termasuk pendanaan dan investasi.

"Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan sebesar 418 gigawatt, baik yang bersumber dari air, panas bumi, angin, maupun matahari," imbuhnya.

Selain itu, Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya mineral logam yang dibutuhkan untuk mendorong transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan. Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kaya akan nikel, bauksit, timah, dan tembaga dan memastikan akan menyuplai cukup bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan dunia.

"Namun bukan dalam bentuk bahan mentah, tetapi dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah tinggi," lanjutnya.

Hilirisasi nikel yang telah dilakukan sejak 2015 sudah memberikan dampak, tidak hanya dalam penciptaan lapangan kerja, tapi juga dari sisi ekspor maupun neraca perdagangan Indonesia. Nilai ekspor Indonesia sebesar 230 miliar dolar AS, di mana besi baja berperan sangat besar peningkatannya.

Ekspor besi baja di tahun 2021 mencapai 20,9 miliar dolar AS meningkat dari sebelumnya hanya 1,1 miliar dolar AS di tahun 2014.

Di tahun 2022 ini, Presiden Jokowi memperkirakan nilai ekspornya dapat mencapai sekitar 28-30 miliar dolar AS.

"Setelah nikel, kita akan mendorong investasi di sektor bauksit, tembaga, dan timah," katanya.

Kebijakan pemerintah Indonesia tentang mekanisme transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan juga akan menjamin kepastian investasi. Di Jawa dan Sumatra, pemerintah mendorong "pensiun dini" PLTU ke energi baru terbarukan seperti geotermal dan solar panel.

"Kita akan membuka partisipasi di sektor swasta untuk berinvestasi di transisi energi ini. Saat ini ada 5.5 gigawatt PLTU yang siap untuk program early retirement ini," jelasnya.

Di samping itu, dekarbonisasi di sektor transportasi juga menjadi perhatian serius Indonesia. Elektrifikasi secara besar-besaran di sektor transportasi dimulai dengan pembangunan mass urban transport seperti Lintas Rel Terpadu (LRT) dan Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta, serta mendorong investasi untuk pabrik mobil listrik.

Baca juga: Kadin klaim dekarbonisasi industri dapat cegah krisis iklim

Baca juga: Asosiasi industri berkomitmen mendekarbonisasi operasional menuju NZE

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022