Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengimbau warga yang bermukim di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, untuk membuat konstruksi bangunan tahan gempa lantaran wilayah itu termasuk rawan gempa bumi.konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan
"Bangunan di Kabupaten Garut harus dibangun menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan. Selain itu juga harus dilengkapi dengan jalur dan tempat evakuasi," demikian keterangan resmi PVMBG yang dikutip di Jakarta, Senin.
Pada 12 November 2022 lalu, gempa bumi mengguncang wilayah Garut dengan magnitudo 5,3 pada kedalaman 43 kilometer berjarak sekitar 122,5 kilometer barat daya Kota Garut.
Lokasi pusat gempa bumi terletak dekat dengan wilayah pantai Kabupaten Cianjur, Garut, dan Tasikmalaya yang masuk Provinsi Jawa Barat. Morfologi wilayah tersebut pada umumnya berupa dataran pantai yang berbatasan dengan morfologi perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal pada bagian utara.
Baca juga: Gempa dangkal magnitudo 5,3 terjadi di selatan Garut
Baca juga: BPBD Garut siapkan bantuan bagi warga yang rumahnya roboh akibat gempa
Menurut analisis PVMBG, wilayah itu secara umum tersusun oleh endapan kuarter berupa aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan batuan berumur tersier berupa batuan sedimen dan batuan rombakan gunung api.
Sebagian batuan berumur tersier dan batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi itu diakibatkan oleh aktivitas penunjaman atau subduksi dengan mekanisme sesar naik.
Baca juga: Gempa Pangandaran sebabkan kerusakan rumah warga di Garut dan Ciamis
Menurut analisis PVMBG, wilayah itu secara umum tersusun oleh endapan kuarter berupa aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan batuan berumur tersier berupa batuan sedimen dan batuan rombakan gunung api.
Sebagian batuan berumur tersier dan batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi itu diakibatkan oleh aktivitas penunjaman atau subduksi dengan mekanisme sesar naik.
Baca juga: Gempa Pangandaran sebabkan kerusakan rumah warga di Garut dan Ciamis
Baca juga: Pemkab Garut ingatkan desa sepanjang pantai untuk waspadai tsunami
Baca juga: Rektor UWM: Masyarakat perlu diedukasi bangun rumah tahan gempa
Baca juga: Rektor UWM: Masyarakat perlu diedukasi bangun rumah tahan gempa
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022