Alasan Malaysia ditolak masuk G20 lantaran sepak terjangnya dalam pemerintahan dunia dinilai buruk, sebagaimana isi klaim yang ada dalam konten digital tersebut.
Penolakan negara dengan Ibu Kota Putra Jaya itu disebut turut didukung anggota parlemen ASEAN dan juga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Berikut isi potongan klaim yang telah direspon 7.000 lebih pengguna di Facebook:
"Malaysia baru-baru ini menentang keputusan Presiden RI Joko Widodo pada KTT G20 di Indonesia 2022. Rencana yang ditentang tersebut berkaitan dengan pengangkatan Malaysia sebagai anggota penuh himpunan G20."
Namun, benarkah Jokowi tolak Malaysia jadi anggota tetap G20?
Penjelasan:
Menurut Kementerian Keuangan RI, Group of Twenty (G20) adalah sebuah forum kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia, yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa.
Negara-negara anggota G20 merupakan representasi dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen produk domestik bruto (PDB) dunia.
Mengacu data Bank Dunia, dari sisi populasi, jumlah penduduk Malaysia mencapai 33 juta jiwa. Sementara nilai PDB Malaysia sekitar 372 miliar dolar AS.
Sedangkan PDB Indonesia mencapai 1.186 triliun dolar AS, dengan jumlah penduduk sebanyak 273,5 juta jiwa, masih berdasarkan catatan Bank Dunia.
Data tersebut menjadi gambaran bahwa alasan Malaysia tidak masuk G20 adalah bukan karena mendapatkan penolakan salah satu Kepala Negara maupun PBB. Melainkan, tidak memenuhi kriteria pada klasifikasi populasi serta capaian PDB.
Dengan demikian, klaim yang menyatakan Presiden Jokowi menolak Malaysia sebagai keanggotaan penuh G20 merupakan kabar bohong atau hoaks.
Klaim: Jokowi tolak Malaysia jadi anggota tetap G20
Rating: Hoaks
Baca juga: IEA nilai kesepakatan JETP di G20 Bali sebagai pencapaian penting
Baca juga: UAE hibahkan 10 juta Dolar AS untuk entaskan Tuberkulosis di Indonesia
Baca juga: DPR: kehadiran pimpinan dunia bukti kepercayaan presidensi Indonesia
Pewarta: Tim JACX
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2022