• Beranda
  • Berita
  • Dokter sarankan orang tua tidak membuat cairan oralit sendiri

Dokter sarankan orang tua tidak membuat cairan oralit sendiri

16 November 2022 12:58 WIB
Dokter sarankan orang tua tidak membuat cairan oralit sendiri
Sejumlah anak korban gempa yang terserang diare berada di tenda perawatan posko pengungsian Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Jumat (21/9/2018). Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, pada awal September 2018 terdapat 200 anak korban gempa Lombok terserang diare dan ISPA (Infeksi Saluran Napas Atas) di pengungsian. Penyakit diare yang diderita para pengungsi disebabkan kurangnya kepedulian terhadap sanitasi.ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/kye
Dokter spesialis anak dr. Anisa Setiorini, SpA mengatakan, sebaiknya orang tua tidak membuat cairan oralit sendiri karena harus berdasarkan usia dan berat badan anak.

“Kalau bikin larutan gula garam di rumah kadang-kadang kita enggak bisa takar, dosis gulanya berapa, garamnya berapa, jadi yang sudah terbukti efektif untuk menurunkan dehidrasi yang disebabkan oleh apapun karena muntah atau mencret memang oralit yang sudah ada dosisnya baik yang sachet maupun yang botolan,” ucapnya dalam diskusi mengenai diare pada anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Jamaah haji perlu minum oralit ganti cairan tubuh cegah dehidrasi

Ia mengatakan sering kali orang tua malah memperbanyak minum air putih dibanding cairan oralit, padahal oralit bertujuan untuk menurunkan dehidrasi selama anak diare karena elektrolit dan glukosa juga ikut keluar melalui muntah dan mencret.

Selain itu, ia mengatakan, pemberian makan dan minum pada anak selama diare sebaiknya tetap sama dan tidak boleh dikurangi atau menggantinya dengan makanan yang lebih cair. Hanya saja pemberian serat dikurangi karena serat memperlancar BAB.

Baca juga: TKHI ajak jamaah rutin konsumsi oralit

“Pada bayi yang masih ASI itu tetap diberikan. Jadi pemberian makan, pemberian minum selama diare tetap sama saja hanya saja pemberian serat memang dikurangi,” ucapnya.

Anisa mengatakan, penyebab utama diare pada anak paling sering adalah rotavirus, sehingga pemberian vaksinasi rotavirus pada anak dari usia dua bulan penting untuk mempertebal imunitas melawan virus tersebut. Sehingga apabila sudah terpapar diare tidak sampai dehidrasi berat atau dengan komplikasi.

Baca juga: Saat anak diare tak cukup diberi oralit

Ia juga mengatakan, jika diare disertai demam artinya sudah ada kontaminasi bakteri dan orang tua perlu segera melakukan pemeriksaan feses anak ke rumah sakit. Begitu juga jika diare sudah lebih dari dua minggu harus segera dilakukan pemantauan lebih lanjut.

“Jadi kalau ada kecurigaan infeksi bakteri biasanya ada ciri khusus yang memang agak khas dari baunya, warnanya, lendir dan darahnya tapi tetap harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa feses lengkap,” ucap Anisa.

Orang tua juga bisa melihat tanda bahya diare pada anak di bawah satu tahun dengan melihat ubun-ubun di kepala anak. Jika terasa cekung berarti anak sudah mengalami dehidrasi dan harus segera ditangani dengan pemberian cairan oralit. Selain itu juga bisa melihat tanda bahaya lainnya dengan mengamati cekungan mata, elastisitas perut dan frekuensi buang air kecilnya.

Baca juga: Saat diare, pastikan asupan nutrisi tetap terjaga

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2022