"Terima kasih untuk LPEI karena sudah mengajak kami untuk berpartisipasi di G20. Brand kita baru berdiri di 2018 tapi Alhamdulillah diberikan kesempatan untuk pameran G20 agar bisa dikenal masyarakat luas," kata Co-Founder Arae Masrur dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Produk fesyen lokal asal Bogor memanfaatkan bahan sisa produk yang diolah kembali untuk dijadikan pakaian dengan menggunakan bahan dan pewarna alami, guna menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. Selain itu Arae juga memberdayakan para perajin yang kebanyakan perempuan di Klaten dalam proses produksi.
UMKM itu juga mengalokasikan 15-30 persen pendapatan untuk kegiatan sosial, salah satunya berupa pemberian beasiswa kepada para pelajar yang tidak memiliki akses pendidikan.
Baca juga: Menkop UKM apresiasi UMKM lokal dalam Future SMEs Village G20
Berkat keunikan dan daya tarik dari produknya, Arae dapat menghasilkan omset sebesar Rp1,7miliar per tahun dengan memproduksi sebanyak 1.000 unit setiap tahunnya. Arae didukung komunitas penenun di Bayat, Klaten, bernama Gigih Makarti, komunitas pemuda bernama Jannati Bogor, dan komunitas kelompok Ibu-Ibu yang membuat produk upcycle bernama Ambu Pasir Pari.
Selain itu Arae ikut dalam program Coaching Program for New Exporters (CPNE) tahun 2021, yang merupakan pembinaan UMKM untuk ekspor. Karena itu UMKM ini telah menembus pasar ekspor, seperti Selandia Baru, Malaysia, Singapura, Maldives, dan Jepang.
"Saya berterima kasih tentunya dengan program CPNE dari LPEI yang membuat saya jadi mendapatkan ilmu mengenai ekspor. Semoga dengan acara G20, LPEI bisa membawa produk Indonesia secara global,” ujar Masrur.
Baca juga: Pengamat: Dukungan AS jadi peluang UMKM RI perluas pasar global
Baca juga: Teten: Presidensi G20 jadi momentum tunjukkan perkembangan UMKM RI
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022