"Indonesia menjadi pusat perhatian dunia selama pelaksanaan KTT G20," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat.
Ia menanggapi pendapat beberapa pihak yang menilai absen nya Rusia di Konferensi Tingkat Tinggi di Bali pada 15-16 November 2022 menjadi kegagalan Indonesia memainkan peran Presidensi G20.
"Saya justru menilai Indonesia telah sukses menjalankan peran Presidensi G20. Hal itu didasari pada keberhasilan Indonesia menjalankan peran tradisionalnya sebagai middle power dan sebagai negara non-blok," tuturnya.
Dosen program studi hubungan internasional itu menilai bahwa Indonesia telah menegaskan tidak berada di blok timur atau barat, namun Indonesia sebagai Indonesia.
Baca juga: Akademisi: Indonesia berhasil jadi tuan rumah KTT G20
Baca juga: Indonesia harap spirit kerja sama G20 berlanjut di KTT APEC
"Sejak semula G20 tidak didesain sebagai organisasi keamanan apalagi menyelesaikan konflik bersenjata, justru fokus G20 lebih banyak membahas dan menyelesaikan aspek ekonomi dan sosial," tuturnya.
Apalagi keberadaan negara-negara di G20 merepresentasikan 75 persen perdagangan dunia dan 80 persen Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, sehingga KTT G20 di Bali tetap penting mengingat sebagian besar negara anggotanya tetap hadir meskipun tanpa kehadiran Rusia.
Selain mengikuti KTT, lanjut dia, banyak pimpinan negara anggota G20 yang kemudian menjadikan KTT G20 sebagai ajang pertemuan bilateral, semisal, pemimpin Amerika Serikat dan China, dua negara besar yang hubungan serta kiprah nya sedikit banyak mempengaruhi dunia saat ini.
"Mekanisme penyelesaian perang Rusia-Ukraina seharusnya ada di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan bukan di G20," ucapnya.
Ia mengatakan memang ada pihak yang menilai secara makro KTT G20 belum maksimal karena ada kepala negara yang tidak hadir, namun bagaimana pun juga Indonesia sudah membuktikan mampu menggelar KTT G20 yang kemudian menghasilkan komunike bersama yang berisi lima poin penting walaupun melalui perundingan yang alot.
"Padahal, awalnya ada pihak yang pesimis akan ada komunike bersama di KTT G20 di Bali, bahkan sangsi KTT G20 bisa terlaksana," ujarnya.
Agus menjelaskan pertemuan KTT itu juga menjadi etalase untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah salah satu aktor dunia yang harus diperhitungkan dalam kancah internasional, dan Indonesia juga telah menunjukkan memiliki kekayaan sosial budaya dengan heterogenitas nya.
"Gelaran KTT G20 menjadi unjuk kebolehan soft power Indonesia kepada dunia, Indonesia yang tengah dan terus tumbuh," ucap lulusan Ritsumeikan University, Kyoto, Jepang itu.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022