Melalui pameran nasional yang akan dihadiri ribuan tamu dan wisatawan, termasuk investor itu, akan ditampilkan seluruh potensi investasi Maluku Utara, terutama di sektor perikanan, perkebunan, pertanian, pertambangan dan pariwisata.
Gubernur Maluku Utara Abdul Gani Kasuba menyampaikan bahwa setelah menyaksikan potensi investasi yang ditampilkan di pameran nasional itu ada investor yang tertarik menanamkan modal di daerah itu.
Salah satu potensi investasi di Maluku Utara yang diandalkan untuk menarik minat investor adalah sektor perikanan, karena potensi perikanan di daerah itu sangat melimpah, baik perikanan tangkap maupun budi daya dan kini belum dimanfaatkan secara maksimal.
Potensi perikanan tangkap di Maluku Utara mencapai 1 juta ton per tahun dengan potensi lestari sekitar 15 ribu ton per tahun dan yang dimanfaatkan baru sekitar 20 persen, sedangkan potensi budi daya mencapai 100 ribu ha lebih dan yang dimanfaatkan kurang dari 10 persen.
Untuk potensi investasi lainnya di Maluku Utara yang diunggulkan pemerintah daerah untuk dikelola investor adalah sektor pariwisata. Maluku Utara memiliki banyak objek wisata menarik, baik bahari, wisata sejarah maupun objek wisata alam.
Adanya keterlibatan investor dalam pengelolaan objek wisata di Maluku Utara diharapkan juga memberi efek samping pada jumlah kunjungan wisatawan, baik dari Nusantara maupun mancanegara, sehingga memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu daerah di Maluku Utara yang memiliki prospek cerah untuk menjadi lokasi investor menanamkan modal adalah Pulau Morotai, yang telah ditetapkan pemerintah pusat sebagai salah satu dari 10 daerah tujuan utama wisata di Indonesia dan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Perikanan.
Pemerintah Provinsi Maluku Utara menjamin semua investor yang tertarik menanamkan modal di daerah itu akan mendapatkan banyak kemudahan, seperti perizinan yang cepat dan bebas pungutan, keringanan pajak, dukungan kebijakan dan jaminan keamanan investasi.
Pemprov Maluku Utara telah dan terus membangun berbagai infrastruktur untuk menunjang kegiatan investasi, seperti bandara yang dapat didarati pesawat kargo, pelabuhan kontainer, jalan dan jembatan serta jaringan telekomunikasi.
Khusus energi listrik, di Maluku Utara, sejauh ini tidak ada masalah karena kapasitas listrik yang dimiliki PT PLN cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan industri, apalagi kini tengah dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) di Kabupaten Halmahera Barat berkapasitas 14 MW yang dapat memenuhi kebutuhan industri di Pulau Halmahera.
Industri pengolahan
Pemprov Maluku Utara mengharapkan investor yang menanamkan modal di wilayah itu membangun industri, khususnya industri pengolahan yang seluruh bahan bakunya dari daerah setempat.
Industri pengolahan, selain akan menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah, juga akan memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yakni menyerap banyak tenaga kerja dan memantik munculnya berbagai aktivitas usaha masyarakat di sekitar industri pengolahan, seperti usaha jasa transportasi, perdagangan dan penyewaan kamar kos.
Pengamat ekonomi dari Universitas Khairun Ternate Nurdin Muhammad menyarankan kepada Pemprov Maluku Utara untuk lebih memprioritaskan investor yang akan membangun industri pengolahan produk kelapa dan rempah, karena merupakan komoditas utama mayoritas petani di daerah itu.
Produksi kelapa di Maluku Utara melimpah dan sangat potensial menjadi bahan baku industri minyak goreng, industri tepung kelapa dan berbagai jenis industri lainnya yang memanfaatkan produk ikutan kelapa, seperti industri briket tempurung kelapa.
Begitu pula produksi rempah di Maluku Utara, khususnya cengkih dan pala mencapai puluhan ribu ton dan sangat potensial menjadi bahan baku berbagai industri olahan rempah, seperti industri minyak cengkih dan bubuk pala yang sangat diminati di pasaran ekspor, terutama di Eropa yang sejak zaman dulu sudah mengenal produksi rempah dari daerah itu.
Berbagai manfaat yang akan didapat jika di Maluku Utara ada industri pengolahan komoditas kelapa dan rempah, di antaranya para petani di daerah itu tidak lagi kesulitan memasarkan komoditas dan pada ujungnya harga komoditas akan stabil.
Para petani kelapa dan rempah di Maluku Utara selama ini sering kesulitan memasarkan komoditas, karena mereka hanya mengandalkan para pedagang pengumpul yang selalu menekan harga serendah-rendahnya pada petani, terutama saat panen raya.
Harga kopra misalnya, komoditas yang dihasilkan para petani kelapa di Maluku Utara selama ini, sering harganya hanya Rp4.000 per kg padahal petani baru bisa menikmati keuntungan kalau harga minimal Rp8.000 per kg. Itulah sebabnya petani kelapa di daerah itu sulit untuk mencapai taraf hidup sejahtera.
Karena itu sangat penting Pemprov Maluku Utara mendorong keterlibatan pelaku usaha kecil menengah (UKM) di daerah itu untuk menggarap berbagai potensi investasi yang ada dengan memberikan bantuan modal usaha dan sarana produksi.
Di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Pulau Jawa, banyak pelaku UKM yang menggarap berbagai potensi investasi di daerah setempat dan cukup berhasil, bahkan produk yang dihasilkan mampu menembus ke pasar mancanegara.
Kerja sama antara investor dari luar Maluku Utara dengan para pelaku UKM setempat dalam pengelolaan potensi investasi di daerah itu perlu diupayakan dengan memanfaatkan momentum perhelatan "Sail Tidore 2022" di Kota Tidore Kepulauan.
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022