• Beranda
  • Berita
  • Sri Mulyani: Waspadai penurunan PMI Manufaktur Indonesia

Sri Mulyani: Waspadai penurunan PMI Manufaktur Indonesia

24 November 2022 14:21 WIB
Sri Mulyani: Waspadai penurunan PMI Manufaktur Indonesia
Arsip foto - Pekerja menata sepeda motor listrik Gesits yang telah selesai dirakit di pabrik PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.

Penurunan ini yang harus kita perlu waspadai karena menyangkut kegiatan manufaktur yang sangat penting

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengingatkan untuk mewaspadai penurunan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia dari bulan September 2022 yang berada di level 53,7 menjadi 51,8 di Oktober 2022.

Selama 14 bulan terakhir, PMI Manufaktur Indonesia memang selalu berada pada level ekspansif. Namun pada bulan lalu levelnya sudah mulai menunjukkan penurunan.

"Penurunan ini yang harus kita perlu waspadai karena menyangkut kegiatan manufaktur yang sangat penting," ungkap Sri Mulyani dalam Konferensi Pers: APBN KITA November 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.

Meski begitu, ia menyebutkan kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan terus meningkat mendekati level sebelum pandemi COVID-19, dimana untuk manufaktur berada di level 73,5 dan pertambangan 73,2.

Dengan level kapasitas tersebut, artinya sektor manufaktur terus meningkatkan kegiatan hingga kapasitas produksinya terpakai sama seperti sebelum terjadinya pandemi atau mengalami pemulihan.

Indikator produksi dan investasi lainnya, yakni pertumbuhan konsumsi listrik pun masih sangat tinggi pada kegiatan industri dan bisnis yakni masing-masing meningkat 5,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dan 12,5 persen (yoy).

Kendati demikian, Sri Mulyani menilai tren pertumbuhan itu menunjukkan pembalikan arah dibanding bulan-bulan sebelumnya.

"Ini sebetulnya ada pengaruh faktor global yang harus diwaspadai. Jadi kita memang harus optimis tapi waspada," tegasnya.

Maka dari itu, dirinya akan melihat lebih lanjut apakah kondisi PMI Manufaktur, pertumbuhan konsumsi listrik, dan kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan sebagai indikator produksi dan investasi bisa bertahan menghadapi gejolak global.

"Kondisi ini akan menjadi tantangan kita memasuki tahun 2023," tambah Menkeu.

Baca juga: Kemenkeu: Manufaktur RI konsisten ekspansif sinyal permintaan kuat
Baca juga: Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Oktober 2022 turun jadi 51,8
Baca juga: Di tengah isu PHK, Kemenkeu sebut kinerja industri tekstil menguat

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022