“Campak terus meningkat karena imunisasi kita sangat rendah,” kata Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine di Banda Aceh, Jumat.
Ia menjelaskan cakupan imunisasi dasar lengkap di provinsi paling barat Indonesia itu memang cukup rendah dalam beberapa tahun terakhir.
Kondisi ini pula yang menyebabkan anak di Aceh berisiko tinggi tertular penyakit yang selayaknya dapat dicegah dengan imunisasi, salah satunya polio atau lumpuh layu yang telah ada kasus di Kabupaten Pidie.
Ia menyebut penyakit lainnya, seperti campak dan difteri, juga banyak ditemukan di "Tanah Rencong" --sebutan untuk Aceh-- itu. Padahal penyakit ini dapat dicegah melalui pemenuhan imunisasi dasar lengkap bagi anak.
Kemenkes mencatat pada 2020 terdapat 231 kasus campak di Aceh, pada 2021 sebanyak 79 kasus, dan pada 2022 sebanyak 1.510 kasus.
Baca juga: Dinkes: Dua sisa kasus gagal ginjal akut di Aceh telah sembuh
Ia mengatakan kasus campak dapat memicu meningkatnya penyakit-penyakit lain, seperti pneumonia, radang otak, dan diare.
“Anak yang terkena campak ini paling diwaspadai ketika memiliki komplikasi, jadi kematian bukan tidak mungkin karena kasus campak ini,” kata Prima.
Kemenkes juga mencatat pada 2020 sebanyak 33 kasus difteri di Aceh, pada 2021 sebanyak 13 kasus, dan pada 2022 ada delapan kasus dengan dua di antaranya meninggal dunia.
Oleh sebab itu, Prima mengajak masyarakat Aceh untuk rutin membawa anaknya melakukan imunisasi, karena penyakit-penyakit tersebut dapat dicegah melalui imunisasi.
Ia mengatakan saat ini Aceh sedang melakukan sub-Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio, tetapi ke depan diharapkan juga ada sub-PIN penyakit lainnya untuk memenuhi cakupan imunisasi.
“Pelaksanaan sub-PIN harapannya untuk mengejar imunisasi dan imunisasi rutin lainnya juga harus ditingkatkan, supaya kasus campak, difteri juga bisa kita turunkan, kalau bisa jangan sampai ada,” ujarnya.
Baca juga: Kemenkes: Imunisasi untuk memutus rantai penyebaran polio di Aceh
Baca juga: Pemprov Aceh lakukan vaksinasi massal cegah penyebaran polio
Pewarta: Khalis Surry
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022