Anjungan ini tentunya tidak selengkap FIFA Museum yang berada di Zurich, Swiss, tetapi cukup memberi kesempatan bagi pengunjungnya untuk menjalani napak tilas sejarah Piala Dunia.
ANTARA berkesempatan menyambangi FIFA Museum di FIFA Fan Festival pada Sabtu sore, ketika sinar matahari masih cukup terik.
Sebagai anjungan yang menjadi miniatur sebuah museum, FIFA Museum langsung menyajikan menu informasi dari Piala Dunia 1930 Uruguay dengan alat peraga memutar hingga ke ujung Piala Dunia 2018 Rusia.
Tiap edisi Piala Dunia disertai papan informasi umum mengenai turnamen serta sejumlah pernah pernik dan memorabilia yang berkaitan langsung dengan edisi tersebut.
Pada bagian Piala Dunia 1930 misalnya, terdapat kliping tajuk utama koran-koran yang memberitakan tentang upacara pembukaan edisi perdana turnamen sepak bola sejagat itu.
Baca juga: Qatar sulap salah satu taman tertuanya jadi lokasi FIFA Fan Festival
Ada juga emblem atau medali runner-up yang diterima oleh para pemain tim nasional Argentina, yang berakhir menjadi runner-up Piala Dunia 1930.
Memorabilia yang dipamerkan juga memiliki kenangan personal seperti sepatu yang dikenakan Ademir, penyerang yang mencetak delapan dari 21 gol Brazil dalam lima pertandingan awal mereka di Piala Dunia 1950.
Ada pula memorabilia berupa miniatur satelit Telstar yang namanya diadopsi menjadi bola resmi Piala Dunia 1970.
Salah seorang pengunjung FIFA Museum di area Fan Festival, Tom asal Inggris, mengaku item yang dipamerkan sungguh informatif dan sekaligus membuktikan perjalanan panjang sepak bola sebagai sebuah olahraga yang merambah ke seantero dunia.
"Sungguh luar biasa, Anda bisa lihat Piala Dunia bermula dari Uruguay pada 1930 kemudian sampai saat ini telah merambah Asia, Afrika, dan kini Timur Tengah. Itu memperlihatkan betapa sepak bola telah menjadi budaya yang mendunia," kata Tom.
Tom juga mengaku sempat menyadari keberadaan Willie sebagai salah satu item yang dipamerkan di FIFA Museum, selaku maskot Piala Dunia 1966 yang merupakan kali pertama Piala Dunia memiliki maskot resmi.
Baca juga: Bocah Indonesia jadi pendamping Ronaldo jelang pecahkan rekor
"Saya cukup ingat dengan Willie, maskot pertama Piala Dunia ketika kami (Inggris) menjadi tuan rumah. Sekarang maskot juga sudah bermacam-macam dan tiap tuan rumah seperti dituntut untuk menjadi semakin kreatif saat menciptakan maskot," ujar Tom.
Sementara itu pengunjung lainnya, Xiao Hu asal China, mengaku betah berlama-lama di dalam FIFA Museum pasalnya kesempatan untuk menyambangi fasilitas semacam itu tidak mudah datang begitu saja.
"Sejujurnya saya tidak banyak memperhatikan informasi dari hal-hal yang dipamerkan, tapi yang jelas ini museum yang tidak setiap saat bisa didatangi jadi saya berlama-lama di sini, menikmati atmosfernya. Dikelilingi barang-barang memorabilia dan katanya bersejarah punya sensasi tersendiri," ujarnya.
Selain sejarah dan catatan Piala Dunia dari edisi ke edisi, di FIFA Museum juga ditampilkan jersey 32 negara yang berlaga di Qatar disertai layar interaktif mengenai rekam jejak masing-masing tim.
Di tengah-tengah area dipamerkan pula replika trofi Jules Rimet, yang dihadiahkan untuk pemenang Piala Dunia hingga edisi 1970 disertai papan informasi yang mengisahkan pencurian trofi itu pada 1966 dan 1983.
FIFA Museum di area FIFA Fan Festival Piala Dunia 2022 masih bisa didatangi oleh para pengunjung hingga turnamen berakhir pada 18 Desember nanti.
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2022