“Jika saat pandemi Malaysia agak menyetop investasinya ke Indonesia, dan secara umum nilainya menurun, kini kondisinya membaik, bahkan di Triwulan 2022 mereka ada di urutan lima besar investor di Indonesia,” kata Direktur Promosi Wilayah Asia Tenggara, Australia, Selandia Baru dan Pasifik Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Saribua Siahaan kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Malaysia awalnya ada dalam urutan 10 besar investor di Indonesia, dan mereka terus memantau bagaimana Indonesia mengemas regulasi, serta melihat tren iklim investasi yang membaik.
Ibu Kota Nusantara (IKN) juga menjadi salah satu daya tarik bagi investor Malaysia. Mereka melihat potensi besar karena tahu dampak pembangunan IKN di Kalimantan Timur akan terasa sampai ke negeri jiran. Mereka datang langsung untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam memfasilitasi IKN.
Berbagai macam bidang investasi mereka minati, mulai dari pabrik roti berskala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) hingga infrastruktur pendukung IKN. Tinggal bagaimana nanti pemerintah membuat paket-paket investasi yang menarik untuk ditawarkan pada mereka.
Para investor Malaysia meyakini Kalimantan Barat hingga ke Sarawak akan terdampak, jika IKN semakin berkembang. “Mereka sudah pikirkan itu. Kita sudah fasilitasi itu,” ucapnya.
Inklusif pemerataan pembangunan sudah sangat terasa di Indonesia, tidak lagi Jawa-sentris, sehingga menarik investor melirik ke banyak daerah termasuk ke Sumatera.
Kementerian Investasi/BKPM, menurut dia, akan banyak kegiatan untuk memfasilitasi investor Malaysia terutama di Penang, agar mau berinvestasi di Sumatera Utara (Sumut). Jumlah sumber daya manusia (SDM) yang besar, lahan perkebunan mulai dari kelapa sawit, karet, tembakau tersedia, serta bisnis holtikultura termasuk buah-buahan menjanjikan.
Setelah sistem kemudahan regulasi berinvestasi terfasilitasi, pendekatan bahasa hingga budaya bisa menjadi cara menarik investor Malaysia untuk mau berinvestasi di Indonesia.
Hilirisasi dan UMKM
Dalam lima kesepakatan klaster investasi G20, terdapat poin yang menyebutkan mendorong nilai tambah salah satunya melalui hilirisasi, selain juga memperkuat kemitraan antara investor asing dengan UMKM. Poin tersebut sesungguhnya juga menjadi dua dari lima agenda besar yang Presiden Joko Widodo sampaikan untuk mencapai Indonesia Maju.
Hilirisasi yang Indonesia lalukan merupakan transformasi ekonomi dari industri sektor primer ke berbasis nilai tambah. Itu sudah mulai dilakukan sejak 2020 dengan melakukan hilirisasi produk nikel, sehingga mampu meningkatkan nilai tambah menjadi 20,9 miliar dolar AS di 2021 dari sebelumnya 3,3 miliar dolar AS di 2017.
Hilirisasi nikel menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi bateri kendaraan listrik dunia, di mana sejumlah rencana investasi akan dilakukan mulai dari LG, CATL, Foxconn hingga BritishVolt.
Selain hilirisasi, investasi juga berdampak besar melalui kerja sama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pengusaha nasional di daerah, khususnya UMKM, dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi, serta penyerapan tenaga kerja Indonesia dalam jumlah besar.
Langkah tersebut berlanjut dengan hilirisasi bauksit di 2022, serta tembaga dan timah di 2023 nanti.
Kewajiban investor untuk melakukan kemitraan dengan UMKM memungkinkan mereka masuk dalam rantai produksi global, sehingga produk-produk mereka bisa naik kelas. Poin kemitraan antara pengusaha besar dan UMKM merupakan implementasi dari Undang-Undang Cipta Kerja.
Presiden Joko Widodo menyaksikan langsung penandatanganan komitmen Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan UMKM pada 18 Januari 2021.
Dengan kolaborasi investor dengan UMKM harapannya ada peningkatan kualitas produk, perbaikan desain, hingga manajemen yang semakin rapi sehingga mereka menjadi lebih “bankable”.
Pintu investasi Sumut
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Atap Sumatera Utara Faisal Nasution mengatakan pembentukan North Sumatra Invest (NSI) bersama Bank Indonesia merupakan kerja sama lintas instansi di Sumatera Utara yang bertujuan untuk mengelola persepsi positif terhadap perekonomian di provinsi tersebut.
Beberapa kegiatan yang terlaksana seperti site visit ke sembilan proyek investasi strategis Sumatera Utara dengan mengundang seluruh konsul jenderal dan konsulat kehormatan yang ada di Medan. Selain itu, ada peluncuran peta investasi Sumut dengan program mapping project.
Jika melihat berdasarkan peringkat realisasi investasi PMA di Indonesia, Faisal mengatakan Malaysia ada di urutan ke-5 setelah Hongkong, Jepang, China dan Singapura dengan nilai mencapai 0,9 miliar dolar AS. Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, mereka bergerak di sektor industri logam dasar, pertambangan, listrik, gas dan air.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mengajukan Draf Peraturan Daerah (Perda) Insentif Daerah dan Kemudahan Berinvestasi di Sumut. “Sudah dibahas di Bapemperda (Badan Pembentukan Peraturan Daerah) DPRD Provinsi Sumut. Akhir tahun 2022 rampung,” ujar dia.
Komunikasi dengan pemerintah pusat terus dilakukan, termasuk mendorong kabupaten atau kota untuk membuat dokumen Instrumen Penting Perencanaan dan Promosi Investasi (IPRO) yang difasilitasi oleh kementerian terkait.
Potensi di Penang
Sementara itu, Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Penang Bambang Suharto kepada ANTARA mengatakan diplomasi ekonomi menjadi satu di antara lima prioritas Kementerian Luar Negeri dalam pelaksanaan diplomasi tahun 2022. Pelaksanaannya berkaitan dengan upaya pemulihan ekonomi pascapandemi.
Untuk mendorong masuknya investor Malaysia ke Indonesia, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Penang telah melakukan beberapa kegiatan, seperti bekerja sama dengan Kementerian Investasi/BKPM dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengadakan webinar bertajuk “Indonesia Investment Update: Introducing Omnibus Law in Job Creation - A Game Changer” pada 7 Oktober 2021.
Selanjutnya, KJRI Penang melakukan serangkaian pertemuan dengan pengusaha Malaysia yang tergabung dalam Penang-Sumatra (PENSUTRA) mengenai kolaborasi percepatan peningkatan perdagangan, pariwisata dan investasi antara Malaysia dan Indonesia, terutama Pulau Pinang dan Sumatera Utara.
KJRI Penang menyelenggarakan acara temu usaha antara Duta Besar RI Malaysia, Konjen RI dengan lima wakil dari dunia usaha di Penang. Dalam kesempatan tersebut muncul berbagai macam gagasan dan upaya dari para pelaku usaha Malaysia, khususnya di Penang, yang ditujukan bagi pengembangan kerja sama dengan Indonesia, khususnya dengan Sumatra Utara.
Pada tanggal 11 Januari 2022, KJRI Penang telah memfasilitasi penandatanganan MoU tentang rencana investasi Malaysia di Indonesia antara Kenaf Venture Global Sdn Bhd dengan PT Marco Kenaf Indonesia. MoU tersebut, menurut Bambang, ditujukan untuk melandasi kerja sama investasi Malaysia di Indonesia pada bidang pertanian, khususnya budi daya dan pengolahan produk tanaman kenaf.
Selanjutnya, KJRI Penang bekerja sama dengan BKPM akan menyelenggarakan Forum Investasi Indonesia yang bertujuan untuk menjaring minat investor Malaysia, khususnya Penang di bidang manufaktur.
Forum itu juga dikaitkan dengan pengembangan kerja sama investasi dengan Provinsi Sumatra Utara, mengingat kedekatan geografis dan potensi investasi yang ditawarkan oleh Propinsi Sumatra Utara, serta adanya minat dari pengusaha Malaysia untuk berinvestasi ke daerah tersebut.
Penang, menurut Bambang, memiliki arti strategis bagi Indonesia dari sisi ekonomi. Meski sempat terdampak pandemi COVID-19 namun diperkirakan pemulihan ekonominya mulai terjadi di 2022.
Seperti diutarakan Ketua Menteri Penang dalam pidato Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Negara Bagian Penang untuk 2022, bahwa sektor manufaktur, jasa dan pariwisata akan menjadi kontributor terbesar bagi pemulihan ekonomi Penang meskipun berjalan lebih lambat. Kegiatan pariwisata dan perhotelan diharapkan pulih pada tingkat pertumbuhan perlahan didukung oleh pariwisata lokal.
Situasi tersebut akan diimbangi dengan stabilitas pertumbuhan sektor manufaktur terutama untuk produk Electronical & Electronics (E&E). Pertumbuhan positif ini juga tercermin dari ekspor Penang untuk permintaan semikonduktor dalam pasar global.
Dengan semakin berkembangnya industri E&E di Penang, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif di bidang sumber daya alam dan sumber daya manusia, untuk memanfaatkan peluang pengembangan industri Penang ke wilayah Sumatera Utara.
Bambang menambahkan, mayoritas Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di industri E&E di Penang berasal dari Sumatra Utara.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022