• Beranda
  • Berita
  • Dolar bertahan kuat di Asia, dipicu kekhawatiran China terkait COVID

Dolar bertahan kuat di Asia, dipicu kekhawatiran China terkait COVID

29 November 2022 09:44 WIB
Dolar bertahan kuat di Asia, dipicu kekhawatiran China terkait COVID
Ilustrasi - Dolar Amerika Serikat. ANTARA/Reuters/pri.
Dolar mempertahankan kenaikannya di awal perdagangan Asia pada Selasa, karena kekhawatiran tentang kerusuhan di China atas pembatasan COVID-19 mengurangi sentimen pasar, dan ketika pernyataan hawkish dari pejabat Federal Reserve (Fed) memberi greenback penguatan tambahan.

Ketegangan yang meningkat di China atas tindakan pandemi yang ketat di negara itu membuat investor berbondong-bondong ke mata uang safe-haven dolar, memicu penurunan lebih dari 1,0 persen pada Aussie, kiwi, dan sterling semalam.

Euro, yang melonjak ke puncak lima bulan di 1,0497 dolar semalam, kemudian membalikkan kenaikan tersebut menyusul rebound dalam dolar AS. Terakhir sedikit lebih rendah di 1,0339 dolar.

Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan semalam bahwa inflasi zona euro belum mencapai puncaknya dan berisiko menjadi lebih tinggi dari yang diperkirakan saat ini, mengisyaratkan serangkaian kenaikan suku bunga ke depan.

Angka inflasi zona euro untuk November akan dirilis pada Rabu (30/11/2022), dengan ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan inflasi akan mencapai 10,4 persen tahun-ke-tahun. Sebelum itu, angka inflasi dari Spanyol dan Jerman diharapkan pada Selasa nanti.

"Komentar bank sentral yang kami dapatkan minggu ini, termasuk dari Lagarde, membuat pasar waspada terhadap risiko bahwa ECB akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan Desember daripada 50 basis poin, yang telah menjadi konsensus kuat hingga beberapa hari terakhir," kata Kepala Strategi Valas  National Australia Bank, Ray Attrill.

Di China, polisi pada Senin (28/11/2022) menghentikan dan menggeledah orang-orang di lokasi protes akhir pekan di Shanghai dan Beijing, setelah massa di sana dan di kota-kota China lainnya berdemonstrasi menentang kebijakan nol-COVID yang ketat di negara itu.

Protes telah menyebar ke setidaknya selusin kota di seluruh dunia untuk menunjukkan solidaritas.

"Saya pikir pergerakan mata uang hari ini akan kembali didorong oleh pandangan tentang kebijakan COVID China, serta sentimen risiko yang luas," kata Ahli Strategi Mata Uang di Commonwealth Bank of Australia.

Baca juga: Demonstrasi di China yang langka pukul pasar komoditas global

Sentimen pasar tetap berhati-hati di awal perdagangan Asia pada Selasa, dengan Aussie merawat sebagian dari penurunan mendalam 1,5 persen semalam. Aussie terakhir menguat 0,02 persen pada 0,6654 dolar AS.

Dolar Selandia Baru naik 0,19 persen menjadi 0,6172 dolar AS, sementara sterling naik 0,07 persen menjadi 1,19665 dolar.

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS sedikit lebih rendah sebesar 0,1 persen pada 106,50, setelah naik 0,5 persen semalam.

Greenback telah memperpanjang kenaikan setelah Presiden The Fed St Louis, James Bullard, mengatakan semalam bahwa Fed perlu menaikkan suku bunga sedikit lebih jauh.

Demikian pula Presiden The Fed New York John Williams mengatakan bank sentral AS perlu terus maju dengan kenaikan suku bunga tetapi tidak mengatakan seberapa cepat dan seberapa jauh perlu meningkatkan biaya pinjaman jangka pendek.

Baca juga: Yuan anjlok 372 basis poin, menjadi 7,1989 terhadap dolar AS

"Retorika Fed yang kami dengar dari beberapa pembicara dalam 24 jam terakhir mengirimkan pesan yang relatif hawkish, yang agak bertentangan dengan harga pasar," kata Attrill dari NAB.

Komentar dari Ketua The Fed Jerome Powell pada Rabu (30/11/2022) akan diawasi untuk setiap sinyal baru tentang pengetatan lebih lanjut, dengan data pekerjaan utama AS untuk November akan dirilis pada Jumat (2/12/2022). Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan tambahan 50 basis poin ketika bertemu pada 13-14 Desember.

Sementara itu, yen Jepang terakhir diperdagangkan pada 139,04 per dolar. Yuan di pasar internasional membalikkan beberapa penurunannya di sesi sebelumnya menjadi sekitar 0,4 persen lebih tinggi pada 7,2136 per dolar.

Bitcoin memperpanjang kerugian semalam setelah pemberi pinjaman uang kripto BlockFi mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11, korban kripto terbaru setelah runtuhnya bursa kripto FTX awal bulan ini.

Bitcoin terakhir turun 0,3 persen pada 16.167 dolar AS. Bitcoin turun 1,3 persen dan mencatat sesi terburuknya dalam lebih dari seminggu pada Senin (28/11/2022).

Baca juga: Harga minyak turun di Asia, tertekan kekhawatiran permintaan China
Baca juga: Rupiah Selasa pagi melemah 8 poin


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022