"Tanpa pertumbuhan UMKM, akan sulit menjadi negara maju," kata Zulkifli di Jakarta, Selasa.
Dalam laporan e-Conomy SEA 2022, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan akan mencapai Gross Merchandise Value (GMV) senilai 77 miliar dolar AS pada akhir 2022.
Hingga 2025, ekonomi digital diproyeksikan mencapai 130 miliar dolar AS, tumbuh dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 19 persen, dan hingga 2030 diperkirakan akan tumbuh lebih dari tiga kali lipat di kisaran 220 sampai 360 miliar dolar AS.
Zulkifli optimistis perekonomian digital Indonesia akan lebih baik meski ada prediksi resesi dunia terjadi tahun depan.
Di sisi lain, ia mengatakan Indonesia harus memperluas cakupan penetrasi ke pasar-pasar baru seperti Afrika, Timur Tengah dan Asia Selatan.
Indonesia telah memiliki sejumlah perjanjian perdagangan bilateral dengan negara nontradisional lainnya, yaitu Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), Indonesia-Mozambique Preferential Trade Agreement (PTA), dan Indonesia-Pakistan PTA.
Sementara itu, Deputi IV Kemenko Perekonomian Rudy Salahuddin mengatakan Indonesia masih butuh 9 juta talenta digital untuk kurun 15 tahun mendatang. Menurut Rudy, butuh waktu panjang untuk mencetak sumber daya manusia sehingga perlu ada strategi jangka pendek dan jangka panjang.
Pendekatan jangka pendek dilakukan dengan berbagai pelatihan bersama para pelaku usaha, sementara itu pendekatan jangka panjang dilakukan lewat mengubah kurikulum agar talenta digital bisa muncul sejak dini.
"Ubah kurikulum agar melek dari awal dan punya soft skill yang dibutuhkan," katanya.
Baca juga: BPSDMP Kominfo Yogyakarta targetkan 13.000 talenta digital pada 2023
Baca juga: Telkom Digi-Up 2022 hadir siapkan talenta digital Indonesia
Baca juga: Google: Inklusi kunci akselerasi ekonomi digital Indonesia
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022