harus ada mekanisme penularan yang lebih dalam sehingga menimbulkan pertukaran darah
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (Konsultan) Hanny Nilasari menegaskan bahwa makan bersama dan tinggal serumah tidak serta merta menularkan Human Immunodeficiency Virus (HIV).
“Dia tidak melalui droplet (cairan), tidak airborne (udara). Jadi harus ada mekanisme penularan yang lebih dalam sehingga menimbulkan pertukaran darah sehingga tidak begitu mudah untuk menularkan penyakitnya,” ujar Hanny dalam diskusi daring yang disiarkan RSCM Kencana melalui Instagram diikuti di Jakarta, Kamis.
Hanny juga membantah bahwa gigitan nyamuk dapat menularkan HIV karena nyamuk merupakan vektor atau faktor penyebar yang tidak bisa memindahkan infeksi dari satu orang ke orang lainnya.
“Sangat berbeda dengan dengue, dia perlu vektor tertentu dan kemudian memindahkan dari orang ke orang lain penyakitnya,” katanya.
Dokter Divisi Infeksi Menular Seksual RSCM Kencana ini menuturkan bahwa cara penularan utama HIV adalah kontak seksual yang berisiko.
Baca juga: Dokter: Prostitusi online picu meningkatnya HIV/AIDS pada remaja
Baca juga: Dokter: AIDS sebabkan pasien mudah terinfeksi penyakit
Melakukan kontak seksual dengan berganti pasangan dan tidak mengetahui status pasangan dengan jelas menjadi faktor utama penularan penyakit yang menyerang masyarakat hampir di seluruh belahan dunia tersebut.
Sedangkan untuk metode penularan melalui jarum suntik dan narkoba, lanjutnya, sudah jarang ditemukan karena lebih bisa dihindari.
Selain berganti pasangan, kontak seksual yang masuk dalam kategori berisiko adalah kontak seksual sesama jenis terutama laki-laki. Kontak seksual bagi sesama laki-laki, lanjutnya, menggunakan kelamin dan anus yang mana anus sangat mudah terluka dan tidak elastis.
“Sehingga kuman-kuman akan mudah masuk termasuk virus yang ukurannya sangat kecil. Jadi, virus akan mudah masuk dari luka kecil yang terjadi akibat kontak seksual tadi,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menyarankan pasangan yang melakukan kontak seksual untuk menggunakan alat kontrasepsi atau kondom. Kondom disebutnya tidak hanya berfungsi untuk membentuk keluarga berencana, namun juga dapat mengurangi potensi terkena infeksi HIV.
“Bukan berarti melakukan kontak seksual dengan kondom malah tidak berisiko, bukan begitu. Tetapi itu bisa mengurangi risiko terkena infeksi,” ucap dia.
Baca juga: Dokter: Pendamping berperan penting pantau anak dengan HIV
Baca juga: Dokter: Masyarakat agar kenali prinsip "ESSE" pada HIV/AIDS
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022