Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa situasi ekonomi global saat ini berkembang sangat dinamis dan sulit hingga menciptakan tantangan besar bagi pembuat kebijakan, termasuk Indonesia.Tantangan utama jangka pendek bagi banyak negara adalah bagaimana kita harus mengatasi inflasi tanpa melemahkan perekonomian
“Saya pikir kita semua setuju situasi ekonomi global telah berkembang dengan sangat dinamis dan sangat sulit. Menciptakan tantangan besar bagi para pembuat kebijakan kita,” katanya dalam ASEAN+3 Economic Cooperation and Financial Stability Forum di Jakarta, Jumat.
Sri Mulyani mengatakan ekonomi kini semakin memburuk akibat inflasi tinggi dan respons dari sisi moneter hingga berpotensi terjadi resesi yang bahkan tantangan itu terjadi di saat pandemi COVID-19 belum berakhir.
Risiko global pun sekarang perlahan telah bergeser dari sebelumnya krisis kesehatan menuju ke berbagai guncangan ekonomi dan keuangan.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan menurun dari 6 persen pada 2021 menjadi hanya 3,2 persen pada 2022 dan semakin turun ke level 2,7 persen pada 2023.
Menurut Sri Mulyani, revisi ke bawah secara terus-menerus dari prospek ekonomi global ini memberikan perlombaan nyata yang kini harus dihadapi oleh negara-negara besar termasuk negara berkembang.
Kondisi diperparah dengan berbagai faktor pemicu seperti perang di Ukraina yang ternyata meningkatkan risiko dalam bentuk krisis pangan, energi dan pupuk.
Perang tersebut telah menciptakan peningkatan inflasi yang terburuk dalam hampir 14 tahun bagi banyak negara maju hingga kemudian ditanggapi dengan pengetatan kebijakan moneter dan peningkatan suku bunga.
Langkah pengetatan kebijakan moneter dan peningkatan suku bunga menyebabkan tingginya capital outflow di banyak negara berkembang dan melemahnya mata uang.
“Tantangan utama jangka pendek bagi banyak negara adalah bagaimana kita harus mengatasi inflasi tanpa melemahkan perekonomian,” katanya.
Meski demikian, Sri Mulyani mencatat beberapa negara di Kawasan Asia-Pasifik masih memiliki kinerja yang baik seperti Filipina, Thailand, Malaysia, Vietnam dan Indonesia sepanjang triwulan I hingga III 2022.
Ia mencontohkan, Indonesia bisa mempertahankan tingkat pertumbuhan di atas 5 persen selama empat kuartal berturut-turut dengan kuartal terakhir yaitu kuartal III-2022 yang mencapai pemulihan ekonomi sebesar 5,7 persen.
Permintaan domestik yang kuat dibarengi dengan ekspor yang kuat terutama ditopang oleh harga komoditas telah memberikan kontribusi sangat signifikan terhadap kinerja tersebut.
“Pemulihan di banyak negara Asia Pasifik lainnya juga relatif kuat. Lingkungan seperti ini akan menjadi salah satu tugas paling menantang yang harus dihadapi pembuat kebijakan pada 2023,” kata Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani: RI perlu waspadai krisis pangan hingga keuangan pada 2023
Baca juga: Ketua OJK minta CEO jasa keuangan proaktif hadapi krisis global
Baca juga: Jokowi ingatkan jajaran menteri hati-hati membuat kebijakan
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022