"Religion teaching must be as problem solving of crisis, conflict and war in any countries, (ajaran agama harus sebagai pemecahan masalah krisis, konflik, dan perang di negara mana pun, red.)," kata KH Marsudi Syuhud melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Hal tersebut disampaikan saat menghadiri agenda Global Peace Conference dan Global Peace Festival yang digelar Global Peace Foundation (GPF) di Filipina.
Dalam pidatonya, KH Marsudi mengangkat Indonesia sebagai contoh konkret tentang penanganan konflik yang ada di masyarakat dengan menggunakan beberapa pendekatan.
Pertama, adanya budaya berkumpul di masyarakat adalah bukti konkret yang dirasakan masyarakat untuk memperkecil konflik sosial. Baik kumpul-kumpul antarumat seagama atau beda agama.
Baca juga: Wakil Ketua Umum MUI soroti pembukaan "calling visa" bagi WN Israel
Baca juga: MUI ajak masyarakat tak terprovokasi isu boikot produk Prancis
Berbeda dengan negara yang sama sekali tidak memiliki budaya demikian, jika terjadi masalah kecil cenderung menjadi konflik yang besar karena tidak bisa langsung ditangani, kata Pengasuh Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah.
Kedua, Indonesia mempunyai lebih dari 100 organisasi sosial. Baik organisasi sosial keagamaan atau konvensional yang bila terjadi konflik, maka organisasi tersebut langsung membantu menangani bersama pemerintah.
"Ini semua muncul dari semangat ajaran agamanya yang terus mendorong penganutnya untuk hidup rukun," jelas dia.
Baik rukun antarumat seagama, rukun antarumat beragama, dan rukun antarumat sebangsa, paparnya.
Terakhir, di hadapan ribuan tokoh dunia yang hadir pada kegiatan bertemakan "One Family Under God : A Vision for a World of Freedom and Peace" tersebut, ia mengajak untuk menjaga perdamaian dan menghentikan perang.
"Dari saya kecil sudah menyaksikan perang melalui TV hitam putih, sampai sekarang belum selesai bahkan malah tambah, yakni konflik Rusia dan Ukraina yang menambah beban ekonomi sangat berat," kata dia.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022