• Beranda
  • Berita
  • Kemenkes: Ubah perilaku BABS lindungi anak dari polio

Kemenkes: Ubah perilaku BABS lindungi anak dari polio

5 Desember 2022 22:11 WIB
Kemenkes: Ubah perilaku BABS lindungi anak dari polio
Tangkapan layar Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (5/12/2022). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat untuk mengubah perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) guna melindungi anak dari infeksi virus polio.

“Virus polio itu menyebarnya melalui kotoran atau feses atau BAB. Itu dia keluar dari kebiasaan buang air yang tidak baik atau bukan di jamban,” kata Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Ia menuturkan sesungguhnya Indonesia sudah dinyatakan bebas dari polio sejak tahun 2014. Meski demikian, Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengingatkan kalau polio belum sepenuhnya bebas dari seluruh negara, termasuk di Indonesia.

Terdapat beberapa negara yang masih memiliki potensi muncul kasus baru, karena adanya infeksi virus polio yang berasal dari feses yang dibuang sembarangan, baik di sungai maupun lingkungan sekitar. Hal tersebut kemudian memudahkan binatang-binatang pembawa virus menempel dan mengenai makanan anak-anak.

“Virus akan menyebar jadinya dan virus ini khusus menyerang pada anak, yang secara khusus lagi pada anak-anak yang belum divaksin,” ucap dia.

Dikarenakan dapat menyebabkan anak mengalami kecacatan, Syahril menekankan bahwa jamban menjadi bagian terpenting yang harus dimiliki di dalam rumah, guna mencegah virus bertebaran di sekitar anak.

Ia menyoroti kebiasaan buruk tersebut semakin menjadi masalah bagi anak-anak, karena COVID-19 membuat orang tua takut mengajak anaknya pergi ke fasilitas kesehatan untuk melengkapi imunisasi dasarnya.

Baca juga: Menkes sebut orang tua tolak imunisasi karena belum tahu bahaya polio

Padahal, berdasarkan saran dari para ahli, secara ilmiah polio dapat dicegah melalui imunisasi. Pandemi menyebabkan cakupan vaksinasi polio terus menurun dan mengakibatkan kasus baru muncul di Pidie, Aceh.

"Cakupannya jadi turun, seperti kasus di Aceh, di Pidie itu baru satu. Ditemukan yang tiga orang lagi itu baru positif tapi dia belum klinis. Jadi belum lumpuh dan hari ini sudah di lakukan (pemeriksaan, red.),” ujarnya.

Oleh karenanya, sambil mengedukasi masyarakat terkait pentingnya hidup bersih dan imunisasi dasar lengkap bagi anak secara gencar, pemerintah memfokuskan diri untuk memberikan imunisasi massal guna mengakhiri Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio.

“Kita berharap dengan kebiasaan yang tadi buang air besar kurang pada tempatnya, maka ini harus dihindarkan. Kedua menyampaikan ulang kepada seluruh masyarakat bahwa anak-anak itu kalau harus lumpuh karena polio, masa depan dia sudah terenggut,” katanya.

Saat ini, katanya, perluasan cakupan vaksin polio fokus diberikan bagi Provinsi Aceh karena keempat kasus ditemukan di daerah itu.

Namun, rencananya terus diperluas ke seluruh wilayah Indonesia.

“Makanya pemerintah hadir melalui pencegahannya melalui vaksinasi. Vaksinasi polio merupakan salah satu bagian dari pencegahan penyakit infeksi, yang dapat dicegah dengan imunisasi bukan hanya di Pidie tapi juga seluruh Indonesia,” ucap Syahril.

Baca juga: Reisa: Terapkan hidup sehat cegah polio dan COVID-19 di akhir tahun
Baca juga: Kemenkes: Imunisasi Polio di Aceh dibagi tiga tahap

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022