"Kita juga dituntut untuk lebih menghasilkan pangan yang lebih banyak dengan kondisi air yang terbatas, maka salah satu teknologi irigasi alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan teknologi irigasi mikro terutama untuk lahan kering pertanian di Indonesia," kata Reskiana dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Reskiana menuturkan irigasi mikro cocok dilakukan untuk pertanian lahan kering karena selain dapat menghemat air, teknologi tersebut juga mempunyai sub sistem yang saling mendukung, di mana sub sistem sumber air dapat diperoleh dari air permukaan seperti dam, sungai, bendungan ataupun embung.
"Pada wilayah tertentu yang tidak memiliki sumber air permukaan dapat memperolehnya dari air tanah dan harus digunakan secara bijak karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi," tuturnya.
Selain menghemat air dan nutrisi hingga 50 persen, keunggulan lain dari sistem irigasi mikro adalah dapat meningkatkan produksi pertanian per unit air, dan menekan aktivitas organisme pengganggu.
"Penggunaan sistem irigasi mikro ini juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan pemadatan tanah," ujarnya.
Implementasi irigasi mikro untuk lahan kering pertanian disesuaikan dengan peruntukannya, baik untuk luas lahan, tipe tanah dan juga jumlah sumber daya air yang tersedia, serta jenis dan ukuran tanamannya.
Baca juga: BRIN: R-SIDa dukung pengembangan inovasi ekonomi lokal di Indonesia
Baca juga: BRIN: Pengembangan pangan lokal antisipasi krisis pangan
Baca juga: BRIN: Pembangunan pertanian berorientasi kedaulatan pangan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022