• Beranda
  • Berita
  • Dolar menguat di Asia, selera pasar turun atas aset berisiko

Dolar menguat di Asia, selera pasar turun atas aset berisiko

7 Desember 2022 15:14 WIB
Dolar menguat di Asia, selera pasar turun atas aset berisiko
Ilustrasi: Mata uang Dolar AS (US Dollar). ANTARA/Erhan Demirtas via Reuters Conne/pri. (Erhan Demirtas via Reuters Conne/Erhan Demirtas)
Dolar merayap lebih tinggi terhadap mata uang utama lainnya di sesi Asia pada Rabu sore, karena beberapa bank terbesar AS memperingatkan resesi yang akan datang, yang mengurangi selera terhadap aset-aset berisiko dan membuat permintaan terhadap mata uang aman greenback.

Para bankir top dari JPMorgan Chase & Co, Bank of America dan Goldman Sachs mengatakan semalam bahwa bank-bank bersiap untuk ekonomi yang memburuk tahun depan, karena inflasi dan suku bunga tinggi mengurangi permintaan konsumen.

Terhadap dolar, sterling terakhir 0,03 persen lebih rendah pada 1,2131 dolar, setelah jatuh 0,4 persen semalam. Greenback menguat 0,2 persen terhadap yen Jepang menjadi 137,30 yen, menyusul kenaikan semalam 0,16 persen.

"Kami telah memperkirakan resesi di AS, Inggris, zona euro, dan Jepang ... Itu bagian dari garis dasar kami," kata Kepala Ekonomi Internasional dan Nerkelanjutan Commonwealth Bank of Australia, Joseph Capurso.

Baca juga: Bank-bank besar AS peringatkan resesi karena inflasi rugikan konsumen

"(Itu) akan memberikan lebih banyak dukungan kepada dolar AS, sebagai mata uang safe-haven."

Terhadap sekeranjang mata uang, indeks dolar AS naik 0,07 persen menjadi 105,62. Indeks telah meningkat hampir 0,3 persen semalam, memperpanjang reli singkat untuk sesi kedua berturut-turut setelah data jasa-jasa dan pabrik AS yang dirilis awal pekan menunjukkan momentum yang mendasari ekonomi terbesar di dunia itu.

Ini mendukung pandangan bahwa sementara Federal Reserve (Fed) dapat mengurangi kecepatan kenaikan suku bunganya, suku bunga AS akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Di tempat lain, euro terakhir 0,08 persen lebih rendah pada 1,0465 dolar. Dua pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) telah mengisyaratkan bahwa inflasi dan suku bunga mungkin mendekati puncaknya, menjelang pertemuan kebijakan moneter ECB minggu depan.

Baca juga: Dolar naik tipis, prospek pertumbuhan yang kian gelap rusak sentimen

Aussie naik 0,19 persen menjadi 0,6701 dolar AS, setelah reaksi lemah terhadap data yang menunjukkan bahwa ekonomi Australia sedikit melambat pada kuartal September.

Mata uang Antipodean tetap didukung oleh sikap hawkish dari bank sentral Australia, yang pada Selasa (6/12/2022) mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mendinginkan inflasi, setelah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke level tertinggi 10 tahun.

Kiwi naik 0,13 persen menjadi 0,6326 dolar AS.

Di Asia, yuan China menguat ketika pemerintah mengumumkan serangkaian tindakan yang menandai perubahan tajam pada kebijakan nol-COVID yang keras selama tiga tahun, yang telah menghancurkan ekonominya dan memicu protes bersejarah.

Baca juga: Yuan China berbalik merosot 229 basis poin, jadi 6,9975 per dolar AS

Otoritas kesehatan nasional China mengatakan bahwa kasus COVID-19 tanpa gejala dan mereka yang memiliki gejala ringan dapat melakukan pengobatan sendiri selama menjalani karantina di rumah.

Sementara beberapa perubahan menggemakan pergeseran serupa yang dibuat oleh negara lain beberapa bulan lalu, pengumuman itu adalah tanda terkuat sejauh ini bahwa China sedang mempersiapkan rakyatnya untuk hidup dengan penyakit ini, meskipun analis mengatakan jalan untuk membuka kembali ekonomi sepenuhnya akan panjang dan bergelombang, dan bukannya tanpa risiko.

Yuan dalam negeri bertahan 0,2 persen lebih tinggi pada 6,9771 per dolar.

"Ini adalah langkah-langkah tindak lanjut dan memperkuat fakta bahwa China mengambil langkah-langkah yang dikalibrasi ke arah pembukaan kembali," kata Ahli Strategi Mata Uang OCBC, Christopher Wong.

"Antisipasi pelonggaran tindakan lebih lanjut di China akan terus mendukung RMB (yuan) dan aset-aset terkait RMB."

Optimisme atas pelonggaran lebih lanjut pembatasan ketat COVID-19 China melebihi data perdagangan suram yang dirilis pada hari sebelumnya, yang menunjukkan bahwa ekspor dan impor menyusut pada kecepatan yang jauh lebih curam dari perkiraan pada November, sebagai akibat dari permintaan global dan domestik yang lemah, gangguan produksi yang disebabkan oleh COVID dan kemerosotan properti di dalam negeri.

Baca juga: Saham China dibuka lebih rendah, Indeks Shanghai turun 0,24 persen

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022