• Beranda
  • Berita
  • Peneliti: Pencegahan radikalisme harus dilakukan bersama

Peneliti: Pencegahan radikalisme harus dilakukan bersama

7 Desember 2022 15:25 WIB
Peneliti: Pencegahan radikalisme harus dilakukan bersama
Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil meminta warga untuk tetap tenang, pasca-terjadinya ledakan yang diduga merupakan bom bunuh diri di Kantor Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/12/2022) sekitar pukul 08.15 WIB. ANTARA/HO-Humas Pemda Jawa Barat/am.

Pemerintah bersama segala lapisan masyarakat harus berkolaborasi dalam rangka pencegahan radikalisme yang mengarah pada terorisme.

Peneliti senior Research Centre for Security and Violent Extrimism (RECURE) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia Rakyan Adibrata mengatakan permasalahan dan pencegahan radikalisme yang mengarah pada terorisme harus dilakukan secara bersama.

"Pemerintah bersama segala lapisan masyarakat harus berkolaborasi dalam rangka pencegahan radikalisme yang mengarah pada terorisme," kata peneliti senior RECURE SKSG Universitas Indonesia Rakyan Adibrata saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Kolaborasi tersebut diperlukan karena masalah penanganan terorisme di Indonesia tidak akan bisa selesai dalam waktu singkat. Artinya, problem itu tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah semata, dan perlu kerja sama berbagai pihak.

Hal tersebut disampaikan Rakyan Adibrata menanggapi kasus bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat.

Ketika ditanya soal maraknya aksi terorisme yang menyerang polisi, Adibrata mengatakan hal itu tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang yang berkaitan dengan Jemaah Islamiyah (JI). Pada awalnya, JI selalu menargetkan musuh jauh yang disebut sebagai Barat atau terafiliasi dengan Barat.

Pascaaksi terorisme yang dilakukan kelompok tersebut, anggota JI selalu ditangkap oleh polisi. Pada akhirnya, mereka menganggap polisi sebagai pihak yang menghambat atau musuh.

"Secara langsung pemerintah mereka anggap sebagai pemerintah thaghut yang kelewat batas membantu kepentingan asing dan segala macam," kata dia.

Imbasnya, kelompok terorisme mengalihkan serangan yang awalnya ditujukan kepada barat kemudian menyerang aparat penegak hukum atau lebih spesifiknya anggota kepolisian.

"Mereka menganggap kepolisian itu adalah pembantu pemerintah (Ansharut thaghut), maka diperangi juga," ujar dia.

Terpisah, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Inspektur Jenderal Polisi Suntana menyebutkan ada 11 orang yang menjadi korban dalam peristiwa ledakan bom bunuh diri di Markas Kepolisian Sektor Astanaanyar, Kota Bandung, Jawa Barat. Dua di antaranya tewas. Satu orang diduga pelaku bom bunuh diri, dan seorang anggota polisi.

Dari 11 orang itu, sebanyak 10 orang merupakan anggota polisi, dan satu orang warga sipil yang sedang melintas di sekitar lokasi kejadian. Sedangkan pelaku bom bunuh diri dipastikan tewas di lokasi.
Baca juga: Polda Lampung memperketat pengamanan antisipasi teror bom
Baca juga: Densus penyelidikan di Sukoharjo terkait ledakan di Polsek Astanaanyar

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022