Pariwisata adalah industri yang berbasis hospitality atau pelayanan. Memberikan pengalaman terbaik melalui pelayanan prima dengan pendekatan CHSE juga akan menjawab tantangan tren pariwisata saat ini yang lebih fokus pada kualitas alih-alih kuantitas
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Martini Mohamad Paham menyatakan bahwa sosialisasi Sadar Wisata 5.0 bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat para pelaku industri (pariwisata).
Selain itu, juga menyadarkan semua guna maju bangkit dari COVID-19 dengan menerapkan CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability).
“Pariwisata adalah industri yang berbasis hospitality atau pelayanan. Memberikan pengalaman terbaik melalui pelayanan prima dengan pendekatan CHSE juga akan menjawab tantangan tren pariwisata saat ini yang lebih fokus pada kualitas alih-alih kuantitas wisatawan,” kata dia secara virtual dalam pembukaan Sosialisasi Sadar Wisata 5.0 di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dalam keterangan resmi do Jakarta, Rabu.
Dalam kesempatan tersebut, Kemenparekraf mengadakan sosialisasi di delapan desa wisata di Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Penerapan CHSE menjadi pesan utama dalam Sosialisasi Sadar Wisata 5.0 yang menjadi program unggulan dengan dukungan sepenuhnya dari Bank Dunia.
Program ini berlangsung dari awal 2022 hingga 2023 dengan mendatangi 155 desa wisata yang berada di enam Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), Danau Toba, Borobudur-Yogyakarta-Prambanan, Bromo-Tengger-Semeru, Lombok, Wakatobi, dan Labuan Bajo.
Lebih lanjut, kampanye Sadar Wisata 5.0 disebut sebagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kompetensi dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pariwisata.
“Kualitas ini tidak hanya disiapkan pada pembenahan (sumber daya manusia/SDM) kita, melainkan juga dengan memberikan pengalaman dan pengayaan yang lebih bagus bagi wisatawan,” ungkap Martini.
Saat membuka secara langsung sosialisasi di Desa Kemudo, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Madya Kemenparekraf mengatakan sosialisasi sadar wisata menjadi upaya untuk membuat warga dapat mengenali potensi wisata di desanya masing-masing.
“Konsep desa wisata menjadi sebuah terobosan yang menggabungkan semua potensi yang dimiliki desa termasuk bagaimana pengembangannya, dengan penerapan unsur unsur Sapta Pesona, Pelayanan Prima, dan CHSE,” kata Glory.
Dia juga menuturkan bahwa pariwisata di desa yang dilembagakan melalui keberadaan Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) akan menjadi kekuatan penting dalam mengelola potensi wisata dengan berkolaborasi bersama pihak-pihak lain di desa.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olah Raga, dan Pariwisata Kabupaten Klaten, Sri Nugroho menerangkan urgensi melayani wisatawan dengan sebaik-baiknya agar mereka merasa betah dan mengulangi kunjungan. Untuk itu, dia menekankan pembangunan SDM pariwisata nan andal yang harus diutamakan.
“Penting bagaimana para pengelola punya inovasi, jangan sampai sarana prasarana sudah ada namun SDM tidak terasah. SDM yang andal ini bisa membangkitkan perekonomian, termasuk mencari bibit SDM yang pandai tentang IT,” ujarnya.
Untuk wilayah Kabupaten Klaten, saat ini terdapat 29 desa wisata, termasuk delapan desa wisata yang terpilih menjadi tempat pelaksanaan kegiatan sosialisasi sadar wisata kali ini, yaitu Desa Wisata Geneng, Randusari, Kotesan, Brajan, Joho, Cucukan, Kemudo, dan Kokosan.
Baca juga: Kemenparekraf tingkatkan kualitas usaha melalui standardisasi CHSE
Baca juga: Kemenparekraf: SNI CHSE terbukti tingkatkan kualitas usaha parekraf
Baca juga: Kemenparekraf fasilitasi 800 pelaku parekraf dapat SNI CHSE pada 2022
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022