"Upaya yang paling baik untuk mencegah (penularan) adalah menekan jumlah virus HIV dalam badan ibu sebanyak-banyaknya. Selain itu, dengan mendeteksi ibu-ibu yang terinfeksi HIV kemudian memberikan obat atau terapi antiretroviral (ARV)," kata Rizqi dalam acara bincang-bincang kesehatan yang digelar daring diikuti di Jakarta, Kamis.
Transmisi vertikal, menurut Rizqi, menjadi penyebab utama anak terinfeksi HIV. Penularannya dapat terjadi pada tiga periode, yaitu kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan atau saat ibu menyusui.
Baca juga: Ibu hamil dianjurkan jalani pemeriksaan untuk deteksi penularan HIV
"Saat di dalam kandungan, risiko ibu HIV menularkan itu sekitar 5-10 persen. Kemudian saat melakukan persalinan yang tidak aman, maka meningkatkan risiko lagi 10-15 persen. Kemudian setelah lahir, ASI bisa menularkan, menambah risiko lagi 15-20 persen tergantung lamanya menyusui dan apakah ibunya mendapatkan obat terapi atau tidak," kata dia.
Jika deteksi dini HIV dilakukan, Rizqi mengatakan ibu hamil akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk menekan jumlah virus yang ada di dalam tubuhnya guna meminimalisir penularan ke anak.
Ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV harus diberikan obat atau terapi ARV. Begitu juga dengan bayinya harus mendapatkan ARV sebisa mungkin sebelum berusia 72 jam atau tiga hari.
Baca juga: YPI ingatkan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayinya
"Oleh karena itu, penting sekali mengetahui status ibu karena mungkin di beberapa daerah, obat ini tidak bisa langsung ada. Pengadaannya membutuhkan waktu. Jadi kita harus sebaik mungkin mempersiapkan kelahirannya," ujar Rizqi.
Dengan deteksi dini dan pencegahan yang baik, menurut Rizqi, penularan HIV dari ibu ke anak dapat ditekan hingga kurang dari satu persen.
"Sedangkan kalau tidak melakukan pencegahan sama sekali, dari 10 ibu yang terinfeksi HIV, mungkin 40-50 persen (anaknya) bisa terinfeksi," katanya.
Baca juga: Kemenkes perkuat penapisan ibu hamil cegah HIV tulari anak-anak
Sebagai gambaran, Rizqi mengatakan Indonesia harus mampu mengikuti jejak beberapa negara tetangga seperti Thailand yang sudah mendapatkan sertifikasi WHO karena berhasil menekan penularan transmisi vertikal kurang dari satu persen. Sementara di Indonesia, kata dia, proyeksi transmisi vertikal HIV pada 2021-2022 masih berada di angka 29-32 persen.
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022