• Beranda
  • Berita
  • Kartu Prakerja, sarana meningkatkan inklusi keuangan

Kartu Prakerja, sarana meningkatkan inklusi keuangan

9 Desember 2022 09:33 WIB
Kartu Prakerja, sarana meningkatkan inklusi keuangan
Arsip foto - Seorang warga mengakses laman situs Prakerja di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Rabu (12/101/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/wsj.

Ini adalah model paling maju saat ini,

Kartu Prakerja menjadi salah satu program semi-bantuan sosial pertama pemerintah yang menggunakan sistem digital, yang mana semua peserta harus memiliki rekening bank atau dompet digital.

Artinya, Program Kartu Prakerja tidak hanya menawarkan pengembangan keterampilan sebagai fondasi untuk meraih kesempatan kerja atau berwirausaha, namun juga menjadi sarana meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air.

Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan selain menjadi program semi-bansos untuk membantu masyarakat yang terdampak penghidupannya akibat pandemi, Program Kartu Prakerja juga menjadi game changer mengakselerasi inklusi keuangan Indonesia.

Program Kartu Prakerja menjadi bukti atas konsep (proof of concept) atas berbagai literatur soal pentingnya layanan keuangan formal bagi masyarakat kelompok ekonomi terbawah atau sering disebut inklusi keuangan. Termasuk keunggulan teknologi finansial (tekfin) daripada bank dalam menurunkan biaya, meningkatkan kecepatan, jangkauan, dan transparansi.

Kartu Prakerja yang menggunakan sistem Government to Person (G2P) dalam penyaluran bantuan sosialnya itu pun disebut sebagai model generasi ketiga atau G2P 3.0.

"Ini adalah model paling maju saat ini," kata Denni.

Dijelaskan, generasi pertama atau G2P 1.0 adalah model penyaluran bantuan secara tunai. Generasi kedua atau G2P 2.0 sudah menggunakan penyaluran secara digital, tetapi tak ada pilihan bagi pengguna.

Dalam studi yang dilakukan Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja (MPPKP) dan Bank Dunia pada 2022 mengenai pengalaman peserta menerapkan sistem G2P menemukan bahwa 88 persen penerima manfaat lebih memilih menggunakan rekening dompet digital untuk menerima insentif pasca-pelatihan, sementara selebihnya memilih rekening bank.

Lebih jauh, studi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)-Bank Dunia mengungkap 50 persen penerima Kartu Prakerja 2022 baru pertama kali membuka rekening dompet elektronik dan 8,7 persen baru pertama kali membuka rekening bank.

Meski banyak pengguna baru, 96,4 persen penerima puas dengan metode nontunai di Program Kartu Prakerja karena banyak pilihan, praktis, transparan, dan tidak ada potongan.


Pertama kenal e-wallet

Pengalaman pertama menggunakan dompet digital atau e-wallet dialami salah satu penerima Program Kartu Prakerja asal asal Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Ledia Agustina. Ia mengaku baru pertama kali menggunakan e-wallet saat dirinya diterima menjadi peserta Gelombang 12 pada 2021.

"Untuk mendapatkan insentif kan bisa lewat bank dan e-wallet, angkatan saya baru ada satu bank dan saya belum punya rekening bank-nya, akhirnya saya pilih e-wallet, ini pertama kali pakai, buka akunnya pun mudah," tuturnya.

Setelah menggunakan e-wallet, ia pun menemukan kesempatan untuk menambah penghasilan dengan berjualan pulsa dan token listrik. Hal itu dilakukan ketika dia melihat harga pulsa yang biasa dijual di daerahnya lebih mahal dibandingkan ketika membelinya menggunakan dompet digital.

"Awalnya, e-wallet untuk beli pulsa dan token listrik untuk kebutuhan pribadi, ke sininya ada orang lain juga yang beli pulsa dan token listrik ke saya. E-wallet juga ada cashback, lumayan untuk tambahan," ujarnya.

Pengalaman pertama menggunakan e-wallet juga dirasakan Putri Puspita Lokanazea. Peserta Kartu Prakerja gelombang 1 atau di awal ketika program itu diluncurkan pada April 2020 itu mengaku belajar secara otodidak untuk menggunakan berbagai fitur yang ada di dompet digital untuk memanfaatkan insentif yang diterimanya.

Dulu, dia tidak melihat kegunaan dari e-wallet mengingat masih sedikit tempat jualan dan pedagang yang menggunakannya.

Kini, perempuan berusia 29 tahun itu menjadi salah satu pengguna setia dompet digital mengingat kemudahan penggunaan, terutama dalam bertransaksi.

"Apalagi, di Banda Aceh juga sudah semakin banyak masyarakat yang menggunakan dompet digital," katanya.

Pengalaman pertama kenal dengan dompet digital pun turut dialami peserta lainnya, Nawardus Faot. Dompet digital memudahkannya untuk mengikuti setiap pelatihan yang disediakan dalam Program Kartu Prakerja.

Pria berusia 24 tahun asal Kalimantan Barat itu telah aktif menggunakan dompet digital sejak dirinya ikut program Kartu Prakerja untuk mengambil pelatihan guna mendapatkan pekerjaan seperti penggunaan Microsoft Excel dan Word serta bagaimana menghadapi wawancara kerja.

Seiring dengan berjalannya waktu, Nawardus melihat peluang yang bisa dimanfaatkannya untuk menambah penghasilan dari penggunaan dompet digital, seperti berusaha jual beli pulsa dan berdagang baju.

"Dari situlah saya buat bisnis pakai e-wallet itu, jual-jual pulsa dengan harga yang lebih murah dibandingkan yang lain," jelasnya.

Pemanfaatan itu membuatnya mampu mengembangkan dana insentif yang diterimanya, yang dia gunakan untuk bertahan hidup sambil mencari pekerjaan.

Dari insentif dan penghasilan yang didapat dari berjualan, dia mampu menghidupi diri sendiri sebelum akhirnya mendapatkan gaji pertama setelah mendapatkan kerja.

"Lumayan ada pendapatan. Jadi ketika baru dapat kerja masih belum dapat gaji, masih ada sisa dana Kartu Prakerja dan jualan itu pakai untuk hidup buat satu bulan," kata Nawardus.

Konsep digitalisasi yang diterapkan dalam pelaksanaan Program Kartu Prakerja itu menjadi cerita sukses pemerintah untuk meningkatkan inklusi keuangan. Memanfaatkan platform digital, masyarakat tidak perlu melalui birokrasi yang panjang untuk mendapatkan insentif.

Sejak digulir pada 2020, Kartu Prakerja merupakan wujud yang mendorong pemulihan sosial ekonomi, inklusivitas keuangan, penguatan transformasi digital yang keberlanjutan.

Hasil riset Presisi Indonesia pada November 2021, Kartu Prakerja turut membantu penerimanya dalam meningkatkan pengetahuan soal keuangan.

Presisi Indonesia yang melakukan survei kepada 2.156 responden yang terdiri atas 50 persen penerima Kartu Prakerja dan 50 persen non-penerima melalui platform e-survei yang digelar pada 24 September-11 November 2021 menemukan program Kartu Prakerja turut membantu penerimanya dalam meningkatkan pengetahuan soal keuangan.

Sebanyak 80 persen dari peserta Kartu Prakerja baru pertama kali membuka rekening bank dan e-wallet.

"Sekitar 72 persen dari penerima Kartu Prakerja ini menggunakan e-wallet sebagai akun untuk menerima insentif untuk Kartu Prakerja" kata Periset Senior Presisi Indonesia Widdi Mugijayani.

Secara keseluruhan, Widdi juga menyebut program Kartu Prakerja berkorelasi dengan peningkatan inklusi keuangan terutama atas kepemilikan e-wallet dan rekening sekitar 22 persen.

Per November 2022, Program Kartu Prakerja telah memberi manfaat bagi 16,4 juta warga di 514 kabupaten/kota seluruh Tanah Air.

Pendaftar itu mengikuti kursus pelatihan, menerima sertifikat, mencari lowongan pekerjaan, dan melamar pekerjaan, yang semuanya dilakukan 100 persen secara online, tanpa batasan ruang dan waktu.

Baca juga: Ratu Maxima puji peran Kartu Prakerja dorong inklusi keuangan di B20
Baca juga: Peran penting Kartu Prakerja dalam peningkatan inklusi keuangan


 
 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022