Koor decak kagum dan tepuk tangan terdengar di sebuah pelataran, setelah gelandang serang Maroko Sofiane Boufal mengecoh bek sayap Spanyol Marcos Llorente di atas lapangan Stadion Education City, Al Rayyan, dalam pertandingan 16 besar Piala Dunia 2022, Selasa (6/12) malam.Atmosfer paling alamiah justru diciptakan para penghuni Barahat Al Janoub, baik dari kalangan suporter maupun volunteer
Reaksi itu mungkin tak terpaut banyak waktu, tapi terpisahkan jarak setidaknya 28 kilometer jauhnya. Sebab reaksi itu muncul dari kerumunan yang menyimak pertandingan dari layar besar nonton bareng (nobar) di pusat komplek Barahat Al Janoub.
Barahat Al Janoub adalah salah satu kampung suporter yang tercantum dalam daftar akomodasi resmi yang disediakan panitia penyelenggara Piala Dunia 2022 dari pemerintah Qatar atau lebih dikenal sebagai Supreme Committee (SC).
Setiap harinya, sekira satu jam jelang sepak mula sebuah pertandingan, satu per satu suporter penghuni Barahat Al Janoub yang tak memiliki tiket menonton langsung di stadion akan berbondong-bondong mendatangi pelataran yang terletak di tepi ruas jalan utama komplek tersebut.
Pelataran beralaskan karpet rumput itu terletak di samping sebuah supermarket, tepatnya berada di seberang unit-unit klaster J. Di sekeliling pelataran terdapat bangku-bangku panjang, sementara di tengahnya juga tersedia sejumlah bean bag.
Entah itu bangku panjang, bean bag, atau bahkan bantal yang dibawa dari kamar masing-masing, para suporter penghuni Barahat Al Janoub melebur di pelataran area nobar untuk menyimak pertandingan bersama-sama.
Pada Selasa (6/12) malam, para suporter yang tampak mengenakan atribut berbau Maroko lebih banyak memilih duduk di barisan depan, lebih dekat dengan layar besar berukuran sekira 3x5 meter.
Sedangkan sekelompok kecil suporter beratribut Spanyol berada di beberapa sudut di antara sebagian besar suporter asal Amerika Latin yang tampak membawa cangkir khusus untuk menikmati teh Yerba Mate.
Setelah Pablo Sarabia, Carlos Soler, dan kapten Sergio Busquets secara bergantian gagal melakoni tugasnya sebagai algojo, adu penalti ditutup dengan tendangan ala Panenka yang sukses dilakukan oleh Achraf Hakimi.
Maroko memenangi adu penalti 3-0 setelah skor kacamata bertahan 120 menit sebelumnya, demi melangkah ke perempat final sebagai satu-satunya tim yang bukan berasal dari benua Eropa maupun Amerika.
Sementara suporter Maroko dan sejumlah penonton yang tampak berasal dari Timur Tengah maupun Afrika bersorak merayakan hasil, seorang pria ber-jersey Spanyol tampak membuang kemasan minumannya ke tempat sampah dengan gestur pelampias kekesalan.
Sementara kerumunan di depan layar menari-nari merayakan kelolosan Maroko, pria itu bersama ketiga rekannya yang juga mengenakan jersey Spanyol berjalan menjauh dari pelataran nobar kembali ke kamar sewaan mereka.
Pemandangan semacam itu tentunya menjadi sebuah rutinitas di Barahat Al Janoub tiap kali ada pertandingan dimainkan sepanjang Piala Dunia 2022, bagi suporter yang tak memiliki tiket dan enggan melakukan perjalanan ke titik-titik Fan Festival hanya untuk sekadar nobar.
Baca juga: Kampung suporter Piala Dunia 2022 masih ramai jelang perempat final
Baca juga: Mahasiswa Indonesia tunda kepulangan demi jadi volunteer Piala Dunia
Selanjutnya: Barahat Al Janoub
Barahat Al Janoub
Barahat Al Janoub merupakan satu dari setidaknya enam titik yang difungsikan oleh SC sebagai kampung suporter selama Piala Dunia 2022.
SC menyediakan tiga titik kampung suporter berupa kabin-kabin yang tersebar di Fan Village Cabins Rawdat Al Jahhaniya di Al Rayya dekat Stadion Ahmad Bin Ali, Fan Village Cabins Free Zone di Doha dekat Stadion Al Thummama, dan Fan Village Cabins Zafaran yang dekat dengan Stadion Lusail.
SC juga menyediakan Kapal Pesiar yang berlabuh di dekat area Souq Waqif sebagai salah satu pilihan akomodasi suporter. Sedangkan Barahat Al Janoub merupakan satu dari dua komplek pemukiman yang sebelumnya dikelola oleh pengembang Barwa, bersama Barwa Madinatna yang terletak tak jauh dari Stadion Al Thummama.
Proyek Barahat Al Janoub dan Barwa Madinatna diluncurkan bersamaan medio Oktober 2020. Bedanya Barwa Madinatna dibangun dengan peruntukan bagi keluarga, sedangkan Barahat Al Janoub lebih ditujukan untuk pemukiman bagi kaum pekerja di area industri Al Wakra.
Barahat Al Janoub terletak di lahan seluas 773.457 meter persegi, berdekatan dengan Al Wakra Central Market serta terjangkau jaringan jalan raya antarkota.
Ketika dibangun Barahat Al Janoub diproyeksikan dapat menampung sekira 67.392 pekerja dalam 1.404 unit bangunan tiga lantai yang tiap lantainya terdapat empat kamar.
Secara keseluruhan ada 16.484 kamar yang disewakan dalam komplek yang terbagi dalam sedikitnya 21 klaster dari A s.d. U. Barahat Al Janoub juga menyediakan 126.938 meter persegi area hijau, yang biasanya terdapat di tengah-tengah sebuah klaster.
Selama Piala Dunia 2022, satu kamar di Barahat Al Janoub memiliki tarif termurah seharga 300 riyal Qatar (sekira Rp1,28 juta) untuk fasilitas berupa dua single-bed di atas tempat tidur besi, dua lemari besi, dan sebuah kamar mandi.
Barahat Al Janoub dilengkapi dua buah supermarket, sebuah musala, satu masjid, serta setidaknya empat area bermain berupa lapangan basket, pusat kebugaran terbuka, dan lapangan pasir di tepi ruas jalan utama. Area bermain dan pelataran serupa juga terdapat di masing-masing klaster, meski sebagian kini difungsikan menjadi area resepsionis.
Para suporter juga relatif mudah memenuhi rasa lapar dan hasrat nongkrong cantik mereka, sebab di tiap klaster terdapat area restoran permanen serta beberapa kedai semipermanen dengan harga yang relatif terjangkau sebanding dengan di luar komplek.
Sebagai sebuah titik akomodasi resmi, Barahat Al Janoub dilengkapi fasilitas bus antarjemput dengan berbagai rute krusial selama Piala Dunia 2022 seperti Bandara Internasional Hamad, stasiun metro Al Wakra, FIFA Fan Festival, dan Souq Waqif.
Selain itu tersedia pula bus yang langsung mengarah ke stadion, yang bisa ditumpangi para suporter penghuni pemilik tiket dengan jam operasional sekira empat jam sebelum dan sesudah pertandingan.
Baca juga: ILO klarifikasi berita kematian pekerja di balik Piala Dunia Qatar
Baca juga: Kapolresta: euforia piala dunia jangan ganggu kamtibmas
Baca juga: Wali Kota Surabaya: Selebrasi pemain Maroko mengandung makna penting
Selanjutnya: Atmosfer Piala Dunia
Atmosfer Piala Dunia
Tentunya pengelola telah menyematkan beberapa spanduk khas Piala Dunia, seperti bola-bola bendera negara tim peserta, ataupun banner bersematkan La'eeb si maskot untuk menghadirkan atmosfer Piala Dunia 2022 di Barahat Al Janoub.
Namun, atmosfer paling alamiah justru diciptakan para penghuni Barahat Al Janoub, baik dari kalangan suporter maupun volunteer yang memperoleh akomodasi di sana.
Di unit J1 misalnya, terdapat dua spanduk dari suporter Brazil. Satu spanduk memperlihatkan pesepak bola legendaris Pele dengan tulisan "BRAZIL, JUARA PIALA DUNIA 2022 QATAR" dan yang lainnya bersematkan Cafu mengangkat trofi Piala Dunia dibubuhi tulisan "KAMI PUNYA 5 TITEL JUARA DUNIA. HORMATI KAMI."
Pagar pembatas yang ada di dekat klaster M dan N biasanya jadi sasaran lokasi penyematan spanduk-spanduk tiap kali jelang pertandingan dimulai.
Selain juga aktivitas nobar yang hampir setiap hari dilangsungkan, termasuk ketika tidak ada pertandingan langsung, lalu lalang suporter yang mengenakan atribut khas tim-tim peserta kian menambah kentalnya atmosfer Barahat Al Janoub sebagai kampung suporter Piala Dunia 2022.
Atribut yang berseliweran bahkan bukan hanya tim-tim yang masih bertanding. Jersey Meksiko misalnya masih cukup banyak terlihat di Barahat Al Janoub jelang babak gugur meskipun El Tri gagal meloloskan diri dari fase grup untuk pertama kalinya sejak 1994.
Salah seorang suporter Meksiko, Ignacio, mengaku terlalu percaya diri menyewa kamar di Barahat Al Janoub hingga Kamis (8/12) atau selepas 16 besar karena meyakini tim kesayangannya bisa lolos dari fase grup.
Meski kecewa dengan hasil yang diraih Meksiko, Ignacio memilih untuk berusaha menikmati atmosfer Piala Dunia 2022 di Barahat Al Janoub sembari sesekali menyambangi titik-titik destinasi turisme di Qatar.
"Saya tetap berusaha menikmati, semua bisa didapat di sini, lagipula melihat sesama penikmat sepak bola berkeliaran jadi pengalaman tersendiri bagi saya," kata Ignacio pada Selasa (6/12) sore.
Pada akhirnya, meski mungkin tak secara langsung di dalam stadion, atmosfer Piala Dunia 2022 di tengah gurun bukanlah sesuatu yang mungkin bisa datang lagi seumur hidup, bukan?
Baca juga: Mudahnya mencari musala saat "nyetadion" di Piala Dunia 2022 Qatar
Baca juga: FIFA sanksi Kroasia karena nyanyian xenofobia para fan
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2022