Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur telah menerima replika fosil tengkorak dari manusia purba yang diketemukan di daerah Wajak (dikenal dengan sebutan Homo Wajakensis), dari pemerintah Belanda.Belanda mengirimkan replika fosil homo Wajakensis ke Tulungagung
"Pengiriman ini sesuai permintaan kami ke Pemerintah Belanda, sekitar Agustus silam," kata Kabid Litbang Perencanaan Pembangunan Bappeda Kabupaten Tulungagung, Ridwan di Tulungagung, Sabtu.
Replika berskala 1 : 1 ini diterima oleh Pemkab Tulungagung pada Kamis (8/12) siang.
Paket istimewa tersebut langsung dibuka untuk diteliti kelengkapan dan keasliannya.
“Museum Naturalis Biodiversity Center di Leiden Belanda mengirimkan replika fosil homo Wajakensis ke Tulungagung,” paparnya.
Baca juga: Replika homo wajakensis diusulkan menjadi ikon Tulungagung
Baca juga: Ekskavasi tahap tiga situs Kumitir Mojokerto dimulai
Oleh pemerintah daerah, replika tersebut selanjutnya akan diletakkan di Museum Wajakensis.
Replika dari Belanda ini akan ditaruh berjajar dengan replika homo sapiens yang diidentifikasi sebagai Homo Wajakensis yang dibuat BPCB yang sudah ada di museum.
Opsi lain, replika Homo Wajakensis ditaruh di lokasi awal penemuannya, namun tetap memperhatikan unsur keamanan replika tersebut.
"Dengan begitu, seandainya ditaruh lokasi penemuannya akan mendukung untuk pendidikan,” jelasnya.
Homo Wajakensis merupakan manusia purba yang hidup di Tulungagung sekitar 40 ribu tahun lalu.
Selain di Tulungagung, manusia purba ini juga diperkirakan hidup di sebagian besar wilayah Indonesia.
Dulu, fosil ini ditemukan oleh B. D. Van Rietschoten pada tahun 1889, dan dteliti oleh Eugene Dubois.
Lantaran ditemukan pada masa penjajahan Belanda, temuan fosil ini dibawa ke Belanda untuk diteliti.
Setelah satu abad lebih, Pemerintah Kabupaten Tulungagung akhirnya bisa memiliki fosil ini, meski hanya berupa replika yang dikirim langsung dari Belanda.
Baca juga: Tim geologi Bandung lakukan penggalian situs Wajakensis
Baca juga: BPCP teliti temuan struktur situs di Blitar
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022