"Menurut Sustainable Travel Report, 83 persen wisatawan menganggap perjalanan berkelanjutan itu penting dan 62 persen wisata global lebih memilih destinasi dan akomodasi yang bersertifikasi ramah lingkungan," ujar Sandiaga dalam keterangan pers Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU!) pada Senin.
Hal tersebut juga dikatakan Sandiaga dalam seminar “Yok Yok Ayok Daur Ulang: Kelola Sampah Laut untuk Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan” beberapa waktu lalu.
Baca juga: Menparekraf harapkan Global Tourism Forum berikan solusi pariwisata
Kemenparekraf mencoba menyikapi adanya perubahan tren global pariwisata dengan mengembangkan destinasi wisata menjadi smartgreen destination.
“Adanya ketimpangan antara sosial-budaya serta ekonomi dan lingkungan menjadi PR (pekerjaan rumah), di mana salah satunya adalah pengelolaan sampah responsible atau bertanggungjawab," ujar Sandiaga.
Lebih lanjut Sandiaga menambahkan bahwa untuk mewujudkan aksi nyata tersebut, perlu dilengkapi melalui proses komunikasi, informasi, edukasi, dan sosialisasi.
Sementara itu Wakil Gubernur Bali, Prof. Tjokorda Oka Artha atau yang akrab disapa Cok Oka dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa sektor pariwisata di Bali saat ini sedang dalam pemulihan.
Masa transisi kembalinya wisatawan ke Bali ini dikatakan Cok Oka harus diimbangi dengan kesiapan destinasi wisata dari aspek-aspek seperti salah satunya kebersihan.
“Merawat lingkungan sudah menjadi kewajiban masyarakat Bali sejak dulu untuk menjaga kearifan Bali. Namun, seiring terjadinya transformasi mata pencaharian, terjadi kevakuman tanggung jawab. Kewajiban ini perlu diingat dan diimplementasikan kembali di masa sekarang,” kata Cok Oka.
Lingkungan termasuk pantai memiliki banyak fungsi bagi masyarakat Bali yang sebagian besarnya dikelilingi oleh pantai, mulai dari fungsi budaya, konservasi, transportasi, dan lain-lain.
Namun, persoalan-persoalan terkait pencemaran sampah tidak dapat dihindari, mulai dari sampah kayu pada musim-musim tertentu, limbah cair, bahkan limbah minyak di daerah-daerah pelabuhan.
Menanggapi hal tersebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Made Teja mengatakan bahwa pihaknya sudah melakukan upaya dari hulu ke hilir dengan memperhatikan masalah lingkungan, dari gunung, danau, sungai, mata air hingga ke pantai dan laut, karena menurutnya persoalan lingkungan bersifat multi-sektor.
"Berdasarkan kebijakan Gubernur terkait pengelolaan sampah berbasis sumber, kami terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait implementasinya,” kata I Made Teja.
Bergabungnya pihak pemerintahan melalui Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali, masyarakat maupun komunitas dan pihak swasta lainnya, diharapkan dapat menghadirkan solusi penanganan sampah, khususnya di Bali yang saat ini berfokus pada sampah laut.
“Saat ini, setiap harinya kami (Bali) selalu kedatangan visitor, baik domestik maupun mancanegara sebanyak 40.000 pengunjung melalui jalur udara, laut, dan darat. Perjalanan laut yang umumnya dilakukan dengan cruise selalu menjadi potensi pencemaran sampah di laut,” ujar Ketua Bali Tourism Board Ida Bagus Agung.
Dalam upayanya mengembangkan destinasi wisata berkelanjutan, Bali Tourism Board juga menambahkan bahwa kebersihan menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan, terutama dalam hal kelola sampah.
Baca juga: BUMN InJourney berharap KEK kesehatan Sanur dapat rampung tahun depan
Baca juga: Pengamat harap pemerintah segera dorong endemi usai berakhirnya G20
Baca juga: GWK pindahkan lokasi malam perayaan tahun baru untuk tampung penonton
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022