• Beranda
  • Berita
  • Ekonom: Pelemahan daya beli masyarakat perlu diwaspadai di 2023

Ekonom: Pelemahan daya beli masyarakat perlu diwaspadai di 2023

12 Desember 2022 18:24 WIB
Ekonom: Pelemahan daya beli masyarakat perlu diwaspadai di 2023
Tangkapan layar Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani dalam webinar di Jakarta, Senin (12/12/2022). ANTARA/Sanya Dinda.

Beberapa industri akan menaikkan harga karena nilai tukar rupiah sudah menyentuh Rp15.000 per dolar Amerika Serikat, sementara asumsi mereka ada di Rp14.600 per dolar AS

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengingatkan pelemahan daya beli masyarakat perlu diwaspadai pada 2023, antara lain karena pelaku usaha menaikkan harga produknya.

“Beberapa industri akan menaikkan harga karena nilai tukar rupiah sudah menyentuh Rp15.000 per dolar Amerika Serikat, sementara asumsi mereka ada di Rp14.600 per dolar AS,” katanya dalam Dialog Pakar “Peran APBN dalam Pemulihan Ekonomi” di Jakarta, Senin.

Depresiasi nilai tukar rupiah dan inflasi China telah meningkatkan harga bahan baku industri. Meskipun demikian, daya beli masyarakat diperkirakan dapat terjaga dengan pendistribusian Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Selain itu pada 2023, kenaikan biaya pinjaman bagi pelaku usaha karena kenaikan suku bunga acuan berbagai bank sentral di dunia juga menjadi tantangan.

“Kemarin kita terlambat menaikkan suku bunga acuan BI sehingga capital outflow sudah terjadi. Obligasi pemerintah yang tadinya didominasi investor asing dengan sumbangan hingga 35 persen menjadi hanya 14 persen,” katanya.

Ia pun mendukung usulan Kementerian Keuangan agar Devisa Hasil Ekspor (DHE) ditempatkan di Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) sehingga tidak ditempatkan di negara lain, yang dapat semakin memukul nilai tukar rupiah.

Pada tahun 2023, Aviliani memperkirakan permintaan ekspor akan melambat sehingga pemerintah dinilai perlu memberikan insentif hanya bagi industri yang dapat menghasilkan produk setengah jadi, yang bisa masuk ke rantai pasok global.

Masyarakat juga perlu terus diedukasi agar dapat mencari substitusi beras sebagai bahan pangan pokok yang dapat memenuhi kebutuhan karbohidrat.

“Sektor yang berkontribusi paling besar kepada perekonomian hanya pertanian, pertambangan, manufaktur, perdagangan, dan konstruksi dengan sumbangan hingga 75 persen, sehingga perlu dipikirkan bagaimana mereka berkontribusi lebih tinggi pada perekonomian,” ucapnya.


Baca juga: Ekonom nilai investasi perlu diarahkan ke sektor padat karya
Baca juga: BRIN sarankan program jaga daya beli masyarakat dan produktivitas UMKM
Baca juga: Ekonom Celios sebut pemerintah perlu pertebal bansos jaga daya beli

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022