Emas cenderung tidak terpengaruh oleh kondisi keuangan yang lebih ketat, yang berarti ini adalah "diversifikasi portofolio yang berguna," kata Goldman, terutama karena emas telah mengembangkan kasus penggunaan non-spekulatif sementara bitcoin masih mencarinya.
Analisis Goldman menunjukkan bahwa sementara pedagang menggunakan emas untuk melakukan lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai dolar, bitcoin menyerupai "saham perusahaan teknologi dengan pertumbuhan tinggi yang berisiko."
Proposisi nilai bitcoin, yang disebut bank sebagai "solusi mencari masalah" berasal dari ruang lingkup kasus penggunaan riil di masa depan, menjadikannya aset yang lebih tidak stabil dan spekulatif daripada logam mulia.
Baca juga: Regulator AS sebut gejolak uang kripto menggarisbawahi risiko industri
Meskipun kesediaan investor untuk mengeksplorasi mata uang yang terdesentralisasi membantu adopsi bitcoin, bank memperkirakan kondisi keuangan akan menjadi lebih ketat.
Volatilitas bitcoin ke sisi negatifnya juga ditingkatkan oleh kekhawatiran sistemik karena beberapa pemain besar mengajukan kebangkrutan, catatnya, mengutip runtuhnya bursa kripto FTX dan dana lindung nilai 3AC.
Sementara posisi spekulatif bersih di kedua aset turun tajam selama setahun terakhir, emas sedikit naik dari tahun ke tahun terhadap penurunan bitcoin sebesar 75 persen, bank mencatat.
"Likuiditas yang lebih ketat seharusnya menjadi hambatan yang lebih kecil pada emas, yang lebih terekspos pada penggerak permintaan riil" seperti pembelian konsumen Asia, permintaan moneter bank sentral, investasi safe-haven, dan aplikasi industri, katanya.
"Selain itu emas mungkin mendapat manfaat dari volatilitas makro yang lebih tinggi secara struktural dan kebutuhan untuk mendiversifikasi eksposur ekuitas."
Baca juga: Emas anjlok 18,40 dolar karena "greenback" menguat jelang putusan Fed
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022