Universitas Jambi (Unja) berkolaborasi dengan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang melakukan pemberdayaan Suku Anak Dalam (SAD) melalui model pengembangan kemandirian ekonomi berbasis tanaman obat herbal spesifik Taman Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi.
"Secara umum kegiatan ini memiliki agenda melanjutkan aktivitas pemberdayaan komunitas adat SAD berbasis potensi sumber daya yang ada di dalam Taman Nasional Bukit Dua Belas yang telah dirintis oleh Unja sebelumnya," kata Ketua Tim Pelaksana Kosabangsa Unja Dr Fuad Muchlis, di Jambi, Selasa.
Dia menjelaskan program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) merupakan kolaborasi dalam pelaksanaan tri dharma antara insan akademik dari perguruan tinggi (PT) pelaksana dan PT pendamping.
Implementasi model pengembangan kemandirian ekonomi SAD berbasis tanaman obat herbal spesifik Taman Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi ini dipusatkan di penyangga taman nasional itu, yakni Desa Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam, Sarolangun, Jambi.
Baca juga: Mahasiswa Unja bangun kesadaraan hidup sehat Suku Anak Dalam
"Ini bertujuan mengembangkan potensi ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya hayati tanaman obat tradisional berbasis etnis SAD untuk mendorong kemandirian ekonomi SAD," katanya.
Dia menyebutkan program didesain melalui empat kegiatan yaitu inisiasi pembentukan kelompok dan Asistensi Unit Usaha untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan SAD dalam mengolah dan mengembangkan tanaman herbal spesifik.
Selanjutnya Formalisasi Unit Usaha, yakni pendampingan untuk mendapatkan legalisasi produk obat-obatan herbal, baik ke Badan POM maupun Dinas Kesehatan. Kemudian Konservasi Eksitu bertujuan untuk menjaga kelestarian berbagai jenis tanaman obat herbal dengan cara melakukan praktik budidaya tanaman herbal keluar dari habitatnya dan masuk ke dalam habitat baru yang lebih terkontrol dan intensif.
Berikutnya membangun pasar produk tanaman herbal, bertujuan untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah dari obat-obatan tradisional yang telah diproduksi.
"Fokus kegiatan ini adalah fasilitasi jejaring pasar produk tanaman herbal, baik secara konvensional maupun secara digital (e-commerce)," katanya.
Baca juga: Universitas Jambi lakukan pemberdayaan bagi Suku Anak Dalam
Beberapa kegiatan sedang berlangsung di lokasi, yakni pembangunan rumah produksi, penyediaan alat-alat produksi, penyiapan lahan untuk konservasi , penyiapan bibit tanaman obat untuk dibudidayakan beserta media tanamnya.
Beriringan dengan kegiatan tersebut, juga dilakukan proses legalisasi kelompok usaha, pemeliharaan bibit, serta pendampingan dan pelatihan produksi obat herbal dan membangun jejaring pasar.
Tim Pendamping dari Undip Prof Aji Setyaningrum berharap inisiasi pengembangan obat herbal yang telah dimulai dan berjalan ini dapat berlanjut, sehingga akan memberi dampak jangka panjang pada upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan SAD.
“Intinya program yang dilakukan sangat mulia, semoga terus bisa dijalankan dengan pendampingan pada SAD secara intensif dan berkesinambungan, sehingga mereka bisa mandiri dan maju, bisa menjaga kelangsungan hidupnya, dan mereka bisa berdiri sejajar dengan masyarakat lainnya," katanya.
Baca juga: Antropolog: Perlu dukungan multi pihak untuk Suku Anak Dalam
Ke depan, menurut dia, program terus ditingkatkan dengan pendekatan yang holistik berbasis peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat SAD, serta melibatkan dukungan semua pihak.
"Secara umum kegiatan ini memiliki agenda melanjutkan aktivitas pemberdayaan komunitas adat SAD berbasis potensi sumber daya yang ada di dalam Taman Nasional Bukit Dua Belas yang telah dirintis oleh Unja sebelumnya," kata Ketua Tim Pelaksana Kosabangsa Unja Dr Fuad Muchlis, di Jambi, Selasa.
Dia menjelaskan program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) merupakan kolaborasi dalam pelaksanaan tri dharma antara insan akademik dari perguruan tinggi (PT) pelaksana dan PT pendamping.
Implementasi model pengembangan kemandirian ekonomi SAD berbasis tanaman obat herbal spesifik Taman Nasional Bukit Dua Belas Provinsi Jambi ini dipusatkan di penyangga taman nasional itu, yakni Desa Pematang Kabau, Kecamatan Air Hitam, Sarolangun, Jambi.
Baca juga: Mahasiswa Unja bangun kesadaraan hidup sehat Suku Anak Dalam
"Ini bertujuan mengembangkan potensi ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya hayati tanaman obat tradisional berbasis etnis SAD untuk mendorong kemandirian ekonomi SAD," katanya.
Dia menyebutkan program didesain melalui empat kegiatan yaitu inisiasi pembentukan kelompok dan Asistensi Unit Usaha untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan SAD dalam mengolah dan mengembangkan tanaman herbal spesifik.
Selanjutnya Formalisasi Unit Usaha, yakni pendampingan untuk mendapatkan legalisasi produk obat-obatan herbal, baik ke Badan POM maupun Dinas Kesehatan. Kemudian Konservasi Eksitu bertujuan untuk menjaga kelestarian berbagai jenis tanaman obat herbal dengan cara melakukan praktik budidaya tanaman herbal keluar dari habitatnya dan masuk ke dalam habitat baru yang lebih terkontrol dan intensif.
Berikutnya membangun pasar produk tanaman herbal, bertujuan untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah dari obat-obatan tradisional yang telah diproduksi.
"Fokus kegiatan ini adalah fasilitasi jejaring pasar produk tanaman herbal, baik secara konvensional maupun secara digital (e-commerce)," katanya.
Baca juga: Universitas Jambi lakukan pemberdayaan bagi Suku Anak Dalam
Beberapa kegiatan sedang berlangsung di lokasi, yakni pembangunan rumah produksi, penyediaan alat-alat produksi, penyiapan lahan untuk konservasi , penyiapan bibit tanaman obat untuk dibudidayakan beserta media tanamnya.
Beriringan dengan kegiatan tersebut, juga dilakukan proses legalisasi kelompok usaha, pemeliharaan bibit, serta pendampingan dan pelatihan produksi obat herbal dan membangun jejaring pasar.
Tim Pendamping dari Undip Prof Aji Setyaningrum berharap inisiasi pengembangan obat herbal yang telah dimulai dan berjalan ini dapat berlanjut, sehingga akan memberi dampak jangka panjang pada upaya meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan SAD.
“Intinya program yang dilakukan sangat mulia, semoga terus bisa dijalankan dengan pendampingan pada SAD secara intensif dan berkesinambungan, sehingga mereka bisa mandiri dan maju, bisa menjaga kelangsungan hidupnya, dan mereka bisa berdiri sejajar dengan masyarakat lainnya," katanya.
Baca juga: Antropolog: Perlu dukungan multi pihak untuk Suku Anak Dalam
Ke depan, menurut dia, program terus ditingkatkan dengan pendekatan yang holistik berbasis peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat SAD, serta melibatkan dukungan semua pihak.
Pewarta: Tuyani
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022