Bank Dunia melalui edisi terakhir laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) memprediksi ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,2 persen pada 2022 seiring dibukanya kembali perekonomian pasca COVID-19 serta naiknya harga-harga komoditas.Kondisi ekonomi Indonesia tetap stabil di tengah guncangan di tingkat global
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pun diharapkan terjaga di angka rata-rata 4,9 persen selama jangka menengah yaitu 2023 sampai 2025.
“Kondisi ekonomi Indonesia tetap stabil di tengah guncangan di tingkat global,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen dalam The Lauch of The World Bank Indonesia Economic Prospects Report di Jakarta, Kamis.
Laporan IEP menyebutkan kondisi ekonomi Indonesia tetap stabil di tengah guncangan di tingkat global seperti inflasi yang sempat mencapai 5,7 persen (yoy) pada Oktober dan harga pangan meningkat 7,9 persen (yoy) pada September namun kini sudah mulai kembali turun.
Dalam hal ini Bank Dunia memproyeksikan inflasi Indonesia akan mencapai puncaknya pada 2023 yaitu di level 4,5 persen dan diperkirakan tetap berada pada sasaran batas atas Bank Indonesia yakni di kisaran rata-rata 3,5 persen sepanjang 2024 hingga 2025.
Untuk defisit fiskal diproyeksikan tetap berada di bawah 3 persen dari target produk domestik bruto (PDB) pada 2023.
Menurut laporan IEP berjudul Trade for Growth and Economic Transformation, Indonesia dapat menjaga pertumbuhan yang kuat dan mengatasi potensi tantangan ke depan melalui beberapa inisiatif.
Inisiatif dengan melanjutkan penerapan reformasi pajak akan membantu menciptakan ruang bagi investasi serta membangun ketahanan terhadap guncangan.
Sementara peralihan ke model penetapan harga berbasis peraturan bagi energi dapat menahan tekanan subsidi.
Kesejahteraan masyarakat pun semakin terdorong dengan adanya program jaring pengaman sosial yang ditargetkan secara lebih efektif dan diperluas.
Sistem perlindungan sosial ini dapat membantu rumah tangga mengelola risiko dan volatilitas yang meningkat akibat kondisi eksternal.
“Tetapi ini perlu diperkuat untuk mengisi celah-celah cakupan dan inklusi yang masih ada,” ujar Kahkonen.
Selain itu, laporan Bank Dunia ini turut mengkaji dalam ekspansi perdagangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam empat dekade terakhir ternyata Indonesia dapat sepenuhnya mewujudkan potensi perdagangan untuk pembangunan ekonomi.
Indonesia memiliki ruang besar untuk mendorong pertumbuhan ekspor yang terkonsentrasi pada industri padat sumber daya dengan cara mendiversifikasi ekonominya.
“Sejarah, lokasi, demografi, dan kekayaan sumber daya Indonesia mempersiapkannya untuk mencapai potensi perdagangan internasional yang unggul,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Habib Rab.
Rab menambahkan, kerangka kebijakan perdagangan yang mendukung dapat memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang dan transformasi ekonomi Indonesia.
Reformasi tersebut ditargetkan untuk mengurangi hambatan terkait perdagangan, meningkatkan akses pasar, serta mengatasi hambatan domestik akan menjadi kunci untuk mewujudkan potensi ini.
Reformasi terhadap langkah-langkah perdagangan non-tarif seperti persetujuan impor dan pembatasan masuk pelabuhan dapat memberikan manfaat ekonomi secara signifikan dan mendorong pertumbuhan hingga 5 persen.
Komitmen terhadap perjanjian perdagangan yang melampaui hal-hal terkait akses pasar tradisional serta mencakup berbagai peraturan termasuk kebijakan persaingan, hak kekayaan intelektual dan perlindungan lingkungan juga semakin meningkatkan perdagangan Indonesia.
Terakhir, reformasi perdagangan dapat membuka peluang bagi Indonesia dalam memanfaatkan permintaan barang dan teknologi yang terus meningkat untuk mengurangi emisi karbon, mendukung transisi iklim serta mengakses produk dan layanan ramah lingkungan yang lebih murah dan berkualitas lebih tinggi.
Baca juga: Fitch kembali pertahankan peringkat RI pada BBB dengan outlook stabil
Baca juga: ADB: Kondisi Asia berkembang lebih baik dari belahan dunia lain
Baca juga: ADB turunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Asia
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022