Harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir 64 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 82,06 dolar AS per barel pada pukul 07.30 GMT. Harga minyak minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 73 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 76,55 dolar AS per barel.
Kedua kontrak jatuh karena dolar menguat. Dolar yang lebih kuat melemahkan permintaan minyak karena membuat komoditas lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lain.
Baca juga: Dolar menguat di Asia, Fed isyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut
Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell mengatakan pada Rabu (14/12/2022) bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun depan, bahkan ketika ekonomi tergelincir menuju kemungkinan resesi.
"Harga minyak berada di bawah tekanan hari ini karena panduan hawkish Fed untuk kebijakan moneternya memicu kekhawatiran baru tentang pertumbuhan ekonomi lagi, mengangkat dolar AS dan menurunkan harga-harga komoditas," kata Analis CMC Markets, Tina Teng.
Data ekonomi China untuk November "jauh lebih rendah dari yang diharapkan, semakin menggelapkan prospek permintaan," tambah Teng.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu kehilangan lebih banyak kekuatan karena output pabrik melambat dan penjualan ritel memperpanjang penurunan, keduanya meleset dari perkiraan dan mencatat angka terburuk dalam enam bulan di tengah melonjaknya kasus COVID-19.
Baca juga: Harga minyak perpanjang kenaikan di Asia, dipicu penutupan pipa AS
Juga membebani harga minyak, TC Energy Corp. Kanada mengatakan akan melanjutkan operasi di bagian pipa Keystone, seminggu setelah kebocoran lebih dari 14.000 barel minyak di pedesaan Kansas memicu penutupan seluruh pipa.
Penurunan harga dibatasi oleh proyeksi dari Badan Energi Internasional, yang melihat permintaan minyak China pulih tahun depan setelah kontraksi tahun ini sebesar 400.000 barel per hari.
Sementara itu stok minyak mentah AS naik lebih dari 10 juta barel pekan lalu, tertinggi sejak Maret 2021, kata Badan Informasi Energi AS (EIA).
Stok bensin AS naik 4,5 juta barel dalam seminggu menjadi 223,6 juta barel, sementara stok sulingan naik 1,4 juta barel menjadi 120,2 juta barel.
"Persediaan minyak mentah komersial naik karena kilang memangkas operasinya," kata analis Citi dalam sebuah catatan.
Persediaan produk olahan juga naik dengan kuat karena permintaan pengguna akhir terus berkurang mengingat harga energi yang tinggi dan ekspor bersih produk olahan naik, tulis para analis.
Baca juga: API: Persediaan minyak mentah Amerika Serikat turun 6,4 juta barel
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022