• Beranda
  • Berita
  • BKSDA Jakarta tekankan sinergi untuk restorasi mangrove SM Muara Angke

BKSDA Jakarta tekankan sinergi untuk restorasi mangrove SM Muara Angke

15 Desember 2022 17:38 WIB
BKSDA Jakarta tekankan sinergi untuk restorasi mangrove SM Muara Angke
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) BUMN Karya, menggelar acara Penanaman Mangrove dan Ngobrol Santai Konservasi (Ngonser) di Suaka Margasatwa Muara Angke dengan tema “Sinergi untuk Mangrove Lestari” pada Kamis (15/12/2022). ANTARA/HO-Dokumentasi Yayasan Konservasi Alam Nusantara

adanya konflik satwa dengan manusia

Pengelola kawasan Suaka Margasatwa (SM) Muara Angke, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jakarta menekankan sinergi berbagai pihak untuk merestorasi ekosistem mangrove di kawasan konservasi pesisir Penjaringan, Jakarta Utara tersebut.

Kepala BKSDA Jakarta Abdul Kodir saat acara Penanaman Mangrove dan Ngobrol Santai Konservasi (Ngonser) di SM Muara Angke, Jakarta Utara dengan tema “Sinergi untuk Mangrove Lestari”, Kamis, mengatakan kawasan dengan luas 25,02 hektare itu tercatat sebagai suaka margasatwa terkecil di Indonesia, namun kawasan ini amat penting dalam menyangga kehidupan kota Jakarta.

Selain merupakan salah satu ekosistem mangrove yang masih tersisa di Jakarta dan rumah bagi delapan spesies mangrove sejati, SM Muara Angke juga menjadi habitat bagi aneka fauna, seperti buaya air asin, kadal, monyet ekor panjang, ular, serta menjadi daerah penting bagi burung di Jawa.

Keberadaan mangrove yang sehat di kawasan pesisir pun dapat meningkatkan ketahanan masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim serta meminimalisasi dampak bencana alam, seperti tsunami, badai dan gelombang laut.

Baca juga: Mengambil peran merehabilitasi mangrove demi lingkungan yang lestari

Untuk meningkatkan kesadaran bersama tentang pentingnya kelestarian mangrove di kawasan ini, BKSDA Jakarta bersama Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) BUMN Karya, menggelar kegiatan itu.

Abdul mengatakan tantangan berbagai pihak dalam merestorasi kawasan konservasi ini dibagi ke dalam lima isu utama.

Pertama adalah sampah yang terbawa arus dan tersangkut di area mangrove, kedua gangguan hidrologi, ketiga menurunnya kualitas keanekaragaman hayati karena banyak monyet ekor panjang yang mendiami kawasan ini mengonsumsi sampah plastik, sehingga di dalam tubuhnya ditemukan logam berat.

"Kelima, adanya konflik satwa dengan manusia," katanya.

Baca juga: Taman Wisata Alam Mangrove Jakarta Utara tambah 500 bibit bakau baru

Via platform
Sejak 2018, BKSDA Jakarta bekerja sama dengan YKAN dan para pemangku kepentingan lainnya melalui platform Mangrove Ecosystem Restoration Alliance (MERA) untuk di SM Muara Angke.

Melalui platform nasional untuk pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan kolaboratif ini, berbagai program penyadartahuan yang menjangkau seluruh elemen masyarakat dilakukan bersama.

Kali ini, BKSDA Jakarta dan YKAN bekerja sama dengan delapan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tergabung dalam TJSL BUMN Karya menanam sekitar 250 bibit mangrove.

Delapan BUMN yang tergabung di dalam TJSL BUMN Karya ini, yakni PT Hutama Karya (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk, PT Brantas Abipraya (Persero), Perum Pembangunan Perumahan Nasional, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Nindya Karya (Persero).

Baca juga: Masyarakat diimbau tambah penanaman bibit mangrove di Kepulauan Seribu

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022