"Hasil pengujian beban Jembatan Kaca Seruni Point (prototype) akan di evaluasi oleh Tim Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kementerian PUPR dan itu membutuhkan proses yang cukup lama," kata Kepala Balai Geoteknik Terowongan dan Struktur (BGTS) Fahmi Aldiamar dalam keterangan tertulis yang diterima di Kabupaten Probolinggo, Jumat.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga Kementerian PUPR melakukan uji beban jembatan kaca Seruni Point di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Kamis (15/12).
Pengujian beban itu dilakukan untuk menjamin keamanan dan memberikan jaminan keselamatan bagi wisatawan saat diresmikan dan beroperasi nantinya.
Pengujian beban tersebut disaksikan oleh perwakilan Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) Kabupaten Probolinggo dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Probolinggo.
Dalam uji beban itu, tim BGTS hanya menggunakan total beban sebesar 7 ton atau setara 100 orang dan berat tersebut hanya 10 persen dari desain daya tahan pada jembatan kaca. Selain itu, juga ada lima siklus pengujian dengan berat beban yang beberapa kali dilakukan.
Baca juga: Kementerian PUPR mulai bangun jembatan kaca di kawasan Bromo
"Siklus dalam melakukan uji beban jembatan kaca, pertama dilakukan dengan berat beban 0 persen. Kedua, pengujian dengan menggunakan berat beban 50 persen dan ketiga, dilakukan pengujian dengan berat beban 100 persen," tuturnya.
Selanjutnya pengujian dengan berat beban kembali pada 50 persen dan yang terakhir pengujian dengan berat beban 0 persen. Selain mengukur displacement menggunakan Total Station, uji beban juga mengukur performa kabel-kabel baja penopang dan frame baja jembatan yang dibangun melintasi jurang sedalam 80 meter itu.
Untuk frekuensi struktur dan regangan kabel, lanjut dia, BGTS menggunakan alat accelerometer dan strain gauge untuk melihat regangan frame baja.
"Jadi, semakin kecil angka microstrain yang didapat akan semakin bagus. Beberapa instrumen untuk mendapatkan data performa struktur dan kawat-kawat baja pada jembatan selebar 1,8 meter dan 3 meter," katanya.
Ia menjelaskan alat yang digunakan berupa Instrumen Total Station untuk mengukur displacement atau pergeseran titik ukur saat jembatan dilewati beban manusia. Demi keamanan, uji beban jembatan kaca itu menggunakan karung berisi pasir alih-alih menggunakan beban manusia.
Jembatan kaca tersebut diberi beban dengan karung-karung pasir seberat 35 kilogram, sehingga dua karung seberat 70 kilogram mempresentasikan berat satu orang dewasa, kemudian karung-karung tersebut diletakkan di lantai jembatan dengan jarak masing-masing 75 centimeter.
"Peresmian jembatan kaca itu menunggu informasi selanjutnya dari pihak Kementerian PUPR," ujarnya.
Baca juga: Kawasan Bromo bebas kendaraan bermotor saat Wulan Kapitu 23 Desember
Baca juga: BB TNBTS terapkan pembatasan wisatawan ke Bromo saat libur akhir tahun
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022