Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore ditutup menguat di tengah masih tingginya suku bunga bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed).Walaupun kenaikan pekan lalu lebih rendah dari kenaikan sebelumnya, namun kenaikan ini masih menyebabkan nilai suku bunga AS semakin tinggi. Hal ini membuat rupiah menjadi kurang atraktif
Rupiah ditutup menguat tipis 1 poin atau 0,01 persen ke posisi Rp15.597 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.598 per dolar AS.
Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama saat dihubungj di Jakarta, Senin, mengatakan, pergerakan rupiah masih dipengaruhi oleh sentimen kenaikan suku bunga The Fed.
"Walaupun kenaikan pekan lalu lebih rendah dari kenaikan sebelumnya, namun kenaikan ini masih menyebabkan nilai suku bunga AS semakin tinggi. Hal ini membuat rupiah menjadi kurang atraktif," ujar Revandra.
Pada pertemuan Desember ini, The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga 50 basis poin (bps), lebih rendah dari empat pertemuan sebelumnya yang menaikkan sebesar 75 bps.
Ketua The Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral kemungkinan akan masih menaikkan suku bunga hingga tahun depan.
Powell mengatakan bahwa The Fed belum selesai menaikkan suku bunga dan dia menetapkan standar yang tinggi untuk penurunan suku bunga.
"Walaupun begitu tingginya suku bunga juga memberikan beban tersendiri bagi pertumbuhan ekonomi AS. Hal ini membuat ancaman resesi AS semakin besar," kata Revandra.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.613 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.597 per dolar AS hingga Rp15.627 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp15.621 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.617 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah di tengah kekhawatiran resesi ekonomi
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022