Guru besar sekaligus Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu, Sulawesi Tengah, Prof Sagaf S Pettalongi mengemukakan perempuan berperan penting dalam membantu pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Ibu, perempuan, adalah orang pertama yang memberikan pendidikan kepada anak atau generasi muda
"Ibu, perempuan, adalah orang pertama yang memberikan pendidikan kepada anak atau generasi muda," katanya saat dihubungi di Palu, Kamis, terkait peringatan Hari Ibu ke-94 tingkat Provinsi Sulteng.
Ia menilai momentum Hari Ibu menjadi perekat untuk sesama perempuan saling mengajak, menyatukan persepsi agar saling mendukung.
"Seluruh perempuan untuk saling mendukung, menginspirasi, dan menguatkan satu sama lain tanpa harus saling menyerang dan menjatuhkan," katanya.
Dalam kehidupan sosial, politik, katanya, terkadang perempuan masih saling menjatuhkan, saling menyerang antara satu dengan yang lain. Padahal mestinya perempuan harus bersatu padu, membangun tekad dan gerakan bersama agar saling menguatkan dan mendukung sesama perempuan.
Ia menyebut perempuan/ibu rumah tangga berperan penting dalam membentuk dan membangun karakter anak/generasi muda.
Pakar manajemen pendidikan itu mengemukakan harus diakui bahwa generasi yang berkarakter, inovatif, kompetitif dan bermutu, lahir dan dibentuk pertama kali oleh kaum ibu di rumah tangga.
"Ibu menjadi laboratorium pendidikan pertama yang dilalui oleh setiap insan manusia," katanya.
Besarnya peran perempuan atau ibu rumah tangga dalam membina dan mendidik generasi muda, katanya, harus dilindungi oleh semua pihak dari segala bentuk ancaman dan bahaya kekerasan secara fisik dan psikis.
Sebaliknya, erlindungan dan pemberdayaan perempuan pada semua sektor harus digencarkan, dan akan memberikan ruang yang lebih besar bagi perempuan, berkarya dalam berbagai sektor pembangunan.
Ia mengemukakan salah satu tantangan yang dihadapi dalam membangun kemajuan perempuan adalah, adanya budaya patriarki.
"Patriarki yang masih kental di masyarakat menghambat kemajuan perempuan, serta menghambat terwujudnya kesetaraan gender,"
Adanya pemahaman dan cara pandang bahwa kaum adam lebih kuat dan lebih dapat berbuat, dan kaum perempuan sebagai komponen yang lemah atau hanya dapat melakukan aktivitas di rumah mencuci, memasak, dan seterusnya, adalah pemahaman yang bias gender, di masyarakat, demikian Sagaf S Pettalongi.
Baca juga: Untuk agen perdamaian, UIN tingkatkan kapasitas perempuan Parimo
Baca juga: UIN Datokarama tingkatkan peran perempuan Sigi sebagai agen perdamaian
Baca juga: Tiga perempuan Palu bertarung rebut kursi wali kota-wakil wali kota
Baca juga: Nilam Sari Lawira, Ketua DPRD Sulteng perempuan pertama
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022