• Beranda
  • Berita
  • Keterampilan pemecahan masalah paling dibutuhkan di masa depan

Keterampilan pemecahan masalah paling dibutuhkan di masa depan

22 Desember 2022 18:52 WIB
Keterampilan pemecahan masalah paling dibutuhkan di masa depan
Pengembangan Soft Skill di SMAN 2 PPU yang digelar BNNP Kaltim pada Juli 2022, dalam rangkaian Desa Bersinar di Desa Bangun Mulya, Kabupaten PPU. (ANTARA / HO Humas BNNP Kaltim)

Selain itu keterampilan sosial, proses, sistem kemudian keterampilan fisik akan lambat laun kurang dibutuhkan untuk masa depan.

Kepala Pokja Program Sekolah Penggerak Ditjen GTK, Medira Ferayanti mengatakan keterampilan dalam pemecahan masalah (soft skill) dinilai paling dibutuhkan di masa depan untuk menghadapi kemajuan teknologi.
 
"Kami ambil dari World Economic Forum itu ada keterampilan kognitif, kalau menempati yang terbesar untuk pemecahan masalah yang paling dibutuhkan di masa depan untuk keterampilan intinya," ucapnya dalam diskusi mengenai Public Expose Education Outlook 2023 bersama Dompet Dhuafa di Jakarta, Kamis.
 
Selain itu keterampilan sosial, proses, sistem kemudian keterampilan fisik akan lambat laun kurang dibutuhkan untuk masa depan.
 
Medira mengungkapkan selama pandemi ada dampak yang juga mengakibatkan banyak pembelajaran yang hilang atau learning loss untuk pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan data pendidikan dasar dan menengah tahun 2018 sampai 2020 dari skor PISA menunjukkan untuk kemampuan membaca 70 persen siswa di bawah kompetensi minimum.

"Untuk matematika masih 71 persen siswa kita yang di bawah kompetensi minimum, kemudian sains 60 persen dan perundungan masih 41 persen siswa Indonesia dilaporkan mengalami perundungan," ucapnya.
 
Untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik, Ditjen GTK berfokus pada strategi utama merdeka belajar yaitu program Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak.
 
"Jadi mereka banyak mendapat ilmu tentang kepemimpinan pembelajaran jadi kita mencetak para guru dan pemimpin yang berpusat pada pembelajaran siswa," ucapnya.
 
Dari program Sekolah Penggerak ini diharapkan dapat meningkatkan level dibidang literasi dan numerasi yang masih kurang dari 50 persen.
 
Selain itu Medira juga menyebut perlunya lingkungan sekolah yang aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan agar potensi anak bisa berkembang.
 
"Tidak hanya untuk anak-anak tapi guru, kepala sekolah juga lingkungan kalau mau maju ekosistemnya itu lingkungannya harus dibuat aman dan nyaman untuk mereka," ucap Medira.
Baca juga: Pembelajaran semakin menyenangkan dengan kreativitas guru dan siswa
Baca juga: Menteri Nadiem luruskan pemahaman yang salah terkait sekolah penggerak
Baca juga: Guru penggerak dapat prioritas mengikuti seleksi kepala sekolah

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022