• Beranda
  • Berita
  • Wall Street jatuh terseret kekhawatiran suku bunga dan resesi ekonomi

Wall Street jatuh terseret kekhawatiran suku bunga dan resesi ekonomi

23 Desember 2022 06:24 WIB
Wall Street jatuh terseret kekhawatiran suku bunga dan resesi ekonomi
Ilustrasi - Para pialang memperhatikan layar monitor pergerakan saham di Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat. REUTERS/Brendan McDermid/aa.

Data ekonomi yang kuat, terutama data pasar tenaga kerja yang kuat, membuat The Fed tetap menginjak rem ekonomi

Indeks-indeks utama Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan Nasdaq memimpin kerugian karena investor khawatir bahwa data yang menunjukkan ekonomi yang tangguh akan menyebabkan Federal Reserve AS terus menaikkan suku bunga lebih lama dari yang ditakutkan.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 348,99 poin atau 1,05 persen, menjadi menetap di 33.027,49 poin. Indeks S&P 500 tergelincir 56,05 poin atau 1,45 persen, menjadi berakhir di 3.822,39 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpangkas 233,25 poin atau 2,18 persen, menjadi ditutup pada 10.476,12 poin.

Prakiraan suram Micron Technology Inc menambah suasana suram dan menyebabkan indeks semikonduktor berkinerja sangat buruk di pasar yang lebih luas untuk penurunan harian terbesarnya dalam lebih dari sebulan.

Kerugian dalam saham-saham pertumbuhan yang sensitif terhadap suku bunga membuat indeks teknologi dan konsumer non-primer paling terpukul di antara 11 sektor utama S&P 500.

Perkiraan akhir dari produk domestik bruto (PDB) AS kuartal ketiga adalah untuk pertumbuhan tahunan sebesar 3,2 persen, di atas perkiraan sebelumnya sebesar 2,9 persen.

Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja mengatakan pengajuan tunjangan pengangguran naik menjadi 216.000 minggu lalu tetapi di bawah perkiraan para ekonom sebesar 222.000.

Dan laporan ketiga menunjukkan indikator utama Conference Board, ukuran aktivitas ekonomi AS di masa depan, turun selama sembilan bulan berturut-turut pada November.

"Kita bergerak melewati salah satu kekhawatiran besar di tahun 2022 yang merupakan tanggapan Federal Reserve terhadap tekanan inflasi yang tinggi hingga kekhawatiran tentang tahun 2023, yang merupakan resesi yang terjadi di Amerika Serikat dan mungkin juga secara global," kata Matt Stucky, manajer senior portofolio ekuitas di Northwestern Mutual Wealth Management Company.

"Data hari ini, dalam pikiran saya, agak mengkonfirmasi ini adalah arah yang kita tuju," kata Stucky, menambahkan bahwa inflasi yang tinggi, ekonomi yang buruk, dan pasar kerja yang ketat akan membuat investor "memahami kenyataan bahwa perkiraan laba adalah terlalu tinggi" untuk 2023.

Kekhawatiran resesi terkait siklus kenaikan suku bunga Fed yang berkepanjangan telah sangat membebani ekuitas tahun ini, dengan indeks acuan S&P 500 berada di jalur penurunan tahunan 19,8 persen, yang akan menjadi yang terbesar sejak krisis keuangan 2008.

"Data ekonomi yang kuat, terutama data pasar tenaga kerja yang kuat, membuat The Fed tetap menginjak rem ekonomi," kata Liz Ann Sonders, Kepala Strategi Investasi di Charles Schwab yang lebih suka memperkirakan pelemahan ekonomi terpukul "lebih cepat daripada nanti karena itu memberi Fed kemampuan untuk berhenti."

"Anda meningkatkan risiko overshoot jika mereka terus agresif karena pukulannya lebih besar," katanya.

Sebelum berhenti, Fed diperkirakan akan mencari lebih banyak kelemahan di pasar tenaga kerja dan ekonomi untuk menurunkan inflasi dan mempertahankannya secara berkelanjutan.

Indeks Philadelphia SE Semiconductor ditutup turun 4,3 persen setelah jatuh 6,0 persen di awal sesi. Lam Research, pemasok peralatan Micron, ditutup anjlok 8,7 persen setelah memimpin penurunan sektor ini sepanjang hari. Micron sendiri berakhir turun 3,4 persen.

Saham Tesla Inc anjlok 8,9 persen, setelah pembuat kendaraan listrik itu menggandakan penawaran diskonnya pada model-model di Amerika Serikat bulan ini, di tengah kekhawatiran atas permintaan yang melemah.

CarMax Inc merosot 3,7 persen setelah pengecer kendaraan bekas itu menghentikan pembelian kembali saham setelah laba triwulanannya terjun 86 persen.

Saham AMC Entertainment Holdings Inc merosot 7,4 persen, setelah jaringan bioskop terbesar di dunia itu mengatakan akan mengumpulkan 110 juta dolar AS melalui penjualan saham preferen.

Di bursa AS, 10,88 miliar saham berpindah tangan, dibandingkan dengan rata-rata 11,24 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Powell: Pertempuran inflasi belum menang, akan banyak kenaikan bunga

Baca juga: The Fed naikkan suku bunga pertanda melawan inflasi jauh dari selesai

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022