• Beranda
  • Berita
  • Jepang naikkan proyeksi pertumbuhan PDB jadi 1,5 persen untuk 2023

Jepang naikkan proyeksi pertumbuhan PDB jadi 1,5 persen untuk 2023

23 Desember 2022 14:11 WIB
Jepang naikkan proyeksi pertumbuhan PDB jadi 1,5 persen untuk  2023
 Jepang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi riilnya menjadi 1,5 persen untuk tahun fiskal 2023. ANTARA/Xinhua.
Pemerintah Jepang pada Kamis (22/12) merevisi naik proyeksi pertumbuhan ekonomi riilnya untuk tahun fiskal 2023 menjadi 1,5 persen di tengah ekspektasi peningkatan belanja modal dan konsumsi perusahaan swasta.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang telah direvisi tersebut naik 0,4 poin dibandingkan dengan proyeksi pemerintah pada bulan Juli, yakni 1,1 persen.

Menurut Kantor Kabinet Jepang, Produk Domestik Bruto (PDB) Jepang untuk tahun fiskal 2023 (April 2022-Maret 2023) kini diperkirakan mencapai 558 triliun yen (1 yen = Rp117), melampaui rekor yang tercatat pada tahun fiskal 2018 sebesar 554 triliun yen.

Dibandingkan dengan tahun fiskal sebelumnya, Kantor Kabinet Jepang mengatakan bahwa nominal PDB juga diperkirakan akan menyentuh level tertinggi baru sebesar 571 triliun yen, menandai peningkatan 2,1 persen.

Dengan upah riil diperkirakan akan meningkat, pemerintah Jepang memperkirakan konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari separuh dalam perekonomian Jepang, akan meningkat 2,2 persen untuk tahun fiskal 2023.
 
   Selain itu, pemerintah Jepang memperkirakan bisnis di negara tersebut akan membelanjakan anggaran yang lebih besar dengan proyeksi kenaikan 5 persen dalam belanja modal, sedangkan untuk investasi swasta diperkirakan akan meningkat sebagian karena adanya paket stimulus pemerintah senilai 29,1 triliun yen yang ditujukan untuk membantu perusahaan swasta mengatasi kenaikan harga


Pemerintah Jepang juga memperkirakan perekonomian negara itu akan terdorong oleh peningkatan ekspor sebesar 2,4 persen, sementara itu impor Jepang diproyeksikan naik sebesar 2,5 persen.

Namun, pemerintah memangkas proyeksi PDB untuk tahun fiskal saat ini, dari 2,0 persen menjadi 1,7 persen, karena dampak lonjakan harga energi dan pangan. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022