Dokter spesialis anak di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, dr. Irma Sri Hidayati, mengingatkan beberapa dampak ketika anak mengalami stunting termasuk meningkatnya angka kesakitan anak karena pengaruh sistem imun yang menurun.
"Stunting itu bukan masalah pendeknya yang dikhawatirkan tapi dampaknya yaitu stunting syndrome di mana dengan adanya kondisi stunting akan berdampak pada meningkatnya morbiditas, angka kesakitan dan angka kematian anak karena sistem imun anak tersebut akan turun," ujar Irma dalam diskusi Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan diikuti virtual dari Jakarta, Jumat.
Imunitas yang turun akibat sindrom stunting membuat anak rentan terkena infeksi.
Dia menjelaskan terdapat pula dampak jangka panjang seperti anak yang mengalami stunting tidak dapat mencapai kapasitas fisik serta kognitif atau kecerdasannya.
Hal itu akan berdampak kepada kondisi anak tersebut dalam jangka panjang ketika beranjak dewasa, terutama terkait kemampuan sosial ekonominya.
"Itu yang dikhawatirkan pemerintah bagaimana masa depan anak-anak Indonesia bila mereka stunting," katanya.
Stunting sendiri adalah gangguan perkembangan anak baik tubuh maupun otak yang disebabkan faktor gizi buruk, paparan infeksi berulang dan kurangnya stimulasi.
Stunting dapat dipengaruhi oleh status kesehatan ibu hamil, pola makan balita, ekonomi, budaya maupun faktor lingkungan contohnya sanitasi dan adanya akses akan layanan kesehatan.
Menurut Studi Status Gizi Indonesia pada 2021, ditemukan fakta bahwa 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting. Sehingga, kurang lebih terdapat 5 juta anak Indonesia yang mengalami kondisi tersebut, berdasarkan data Kemenkes.
Baca juga: Kemenkes canangkan Gerakan Nasional Bumil Sehat di Kupang
Baca juga: Dokter ingatkan stunting pada anak dapat dicegah sejak awal
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022