Tak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan jam, hari raya bagi umat Kristiani di seluruh dunia itu segera tiba.
Untuk menyambut kebahagiaan Natal, banyak tempat telah menyiapkan ragam hal, seperti swalayan yang mulai mendekorasi beberapa lokasi dengan pernak pernik Natal, hingga membunyikan lantunan lagu-lagu bertemakan Natal untuk ikut memeriahkan sukacita.
Tak hanya di tempat umum atau swalayan, ragam kesiapan juga dilakukan oleh gereja-gereja untuk menyambut peringatan kelahiran "Sang Juru Selamat".
Gereja yang telah mulai mempersiapkan diri menyambut datangnya Hari Natal pada 25 Desember, salah satu gereja tua di Kota Bandarlampung, yaitu Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Marturia.
Di tengah hiruk pikuk masyarakat yang berjual beli di Pasar Bambu Kuning, GPIB Marturia, bangunan tua peninggalan Belanda berdiri sejak tahun 1927 dengan nama "Protestantsche Kerk in Nederlands Indie" di bawah kepemimpinan Pendeta J Luther Ramp, itu kini mulai terlihat bersolek. Bangunan yang telah menjadi cagar budaya di Kota Bandarlampung itu terlihat lebih indah daripada hari-hari biasa
Saat kaki menginjak bagian gerbang terpampang jelas menara tinggi gaya gotic menjulang khas gereja lama, dengan pintu terbuka dan telah terhias oleh ornamen Natal, berupa slinger atau rumbai berwarna hijau dan merah khas warna Natal. Selain itu juga disertai dengan ornamen berbentuk bola warna-warni beserta lampu-lampu yang berpijar di sela-sela slinger, akan memanjakan mata bagi setiap orang yang melintasinya.
Saat kaki semakin melangkah masuk menuju halaman gereja nuansa khas gereja tua makin terasa, dan terlihat jemaat yang hilir mudik mengangkat ragam keperluan untuk menghias ruang peribadatan, membersihkan kursi, kaca, mengecat, hingga menaiki tangga portable untuk menggantungkan beragam pita, wreath (rangkaian bunga hias berbentuk bulat) serta lampu Natal di dinding.
Pada usianya yang mendekati seratus tahun, gereja itu memiliki jemaat 300 keluarga atau sekitar 1.000-an jiwa. Gereja Protestan tertua di Lampung itu tampak cantik untuk menyambut jemaat yang akan hadir pada malam Natal untuk beribadah menyambut lahirnya Yesus Kristus. terkait ragam persiapan yang dilakukan itu, Ketua V Kepengurusan GPIB Marturia Lampung Mulyono mengatakan persiapan yang dilakukan meliputi pembentukan panitia Natal, mendekorasi ruang ibadah, hingga memastikan kesiapan pasokan listrik yang stabil bagi pelaksanaan ibadah Natal.
"Sudah sejak jauh hari kami persiapkan semua, hari ini hanya perlu merapikan sedikit untuk persiapan malam Natal," ujarnya.
Dalam mempersiapkan ibadah malam Natal yang diperkirakan akan dihadiri 300 hingga 500 orang anggota jemaat dalam dua kali ibadah, pengelola gereja juga akan mempersiapkan tambahan ruangan serta tenda.
Untuk perayaan Natal, dibuat denah yang berbentuk empat persegi panjang berorientasi timur laut-barat daya. Pada bagian dalamnya ada aula untuk jemaat, dan mimbar berada di barat laut.
Lalu di belakang mimbar itu terdapat kaca patri mozaik berbentuk bulat bertuliskan nama arsitek bangunan gereja, yaitu Robert Deppe, yang hanya ada satu-satunya di Indonesia.
Ruangan-ruangan itu beberapa waktu lalu memang sempat ditutup akibat pandemi COVID-19 dan adanya perubahan cara ibadah bagi jemaat dari tatap muka menjadi ibadah daring.
Kini, dengan adanya perbaikan keadaan, meski dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara konsisten, sejumlah ruangan yang semula ditutup, sementara mulai dibuka kembali untuk memfasilitasi jemaat pada ibadah malam Natal.
Selanjutnya meski telah boleh melakukan ibadah Natal secara tatap muka dengan kapasitas 100 persen, pihak gereja tetap memfasilitasi jemaat untuk melakukan ibadah secara daring bagi jemaat yang masih terkendala hadir secara tatap muka pada ibadah Natal kali ini.
Selain bersolek dan memperlengkapi diri untuk menyambut hari yang penuh sukacita dan damai sejahtera, gereja yang awam dikenal sejak tempo dulu sebagai Gereja Bamboe Koening itu juga telah menjalin koordinasi dengan pihak terkait dalam menjaga keamanan dan keamanan gereja.
Hal tersebut dikatakan oleh koordinator bidang keamanan GPIB Marturia Bandarlampung, Charles.
Dia mengatakan dalam menjamin keamanan jemaat yang hendak melakukan ibadah malam Natal dan Natal pada 25 Desember akan ada 75 orang tim pengamanan yang berasal dari internal gereja, personel kepolisian, organisasi kemasyarakatan, hingga masyarakat setempat.
"Setiap Natal seperti biasa akan ada pengamanan dari tim gabungan. Untuk hari ini akan ada 72 orang dari pihak kepolisian, 3 orang dari internal gereja, dan ditambah dari ormas, seperti Banser Paku Banten, dan kawan-kawan lainnya," ucap dia.
Menurut dia sikap toleransi beragama pun terasa kental di sekitar gereja, dimana warga sekitar pun ikut serta dalam menjaga keamanan, hingga menyediakan lahan parkir bagi jemaat yang beribadah.
"Biasanya setelah pihak kepolisian melakukan sterilisasi lokasi, warga tokoh pemuda sekitar gereja juga akan membantu, sebab mereka merasa memiliki dan saling menjaga. Apalagi kita menggunakan lahan parkir sekitar Pasar Bambu Kuning, teman-teman sekitar pasti akan membantu kami dalam mengatur lalulintas dan kendaraan yang parkir," ujarnya dengan raut muka gembira.
Serba serbi persiapan menyambut Natal di salah satu gereja Protestan tertua di Lampung ini menjadi salah satu gambaran bahwa di momen Natal tak hanya penuh dengan sukacita yang berlimpah.
Pada momen Natal juga tersisip suatu pesan yang cukup menyentuh, dimana di tengah Kota Bandarlampung masyarakat belajar untuk memupuk rasa cinta kasih dan toleransi di tengah keberagaman suku, ras, dan agama. Natal juga mengajarkan setiap manusia untuk saling membantu satu sama lain tanpa memperhitungkan perbedaan.
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022