"Upaya yang dilakukan mengencangkan 'surveilans whole genome sequencing' pada kasus positif," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Ngabila Salama di Jakarta, Jumat.
Adapun varian omicron BF.7 merupakan turunan dari varian Omicron BA.5.
Kementerian Kesehatan menjelaskan, "whole genome sequencing" (WGS) merupakan metode pemeriksaan yang digunakan untuk melihat karakteristik virus secara genetik.
Seluruh genom atau paling tidak seluruh atau sebagian gen-S harus disekuensing untuk identifikasi varian spesifik.
Kemenkes menyebutkan, metode itu membutuhkan sumber daya tinggi baik dari segi alat atau teknologi maupun sumber daya manusia dan membutuhkan waktu pemeriksaan yang lama sekitar empat hingga tujuh tergantung protokol yang digunakan.
Baca juga: Dinkes DKI sebut dua kasus COVID varian BF.7 di Jakarta sudah sembuh
Adapun pemeriksaan WGS di Jakarta dilakukan di Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).
"Dengan surveilans WGS kami dapat memprediksi kemungkinan dominansi untuk estimasi puncak kasus dan penurunan kasus," katanya.
Meski begitu, pihaknya tetap melakukan pemeriksaan, pelacakan, dan perawatan (3T) untuk mempercepat penanganan penyebaran varian baru COVID-19.
Masyarakat juga diimbau tidak panik namun tetap menerapkan protokol kesehatan dan melengkapi vaksinasi COVID-19.
"Apapun variannya tidak perlu panik, semua akan terkendali dengan mempertahankan cakupan vaksinasi 'booster' yang tinggi untuk mempertahankan tingginya imunitas penduduk," katanya.
Baca juga: Dinkes DKI imbau warga lengkapi vaksin jelang Natal dan tahun baru
Kementerian Kesehatan mencatat hingga Kamis (29/12) total ada 15 temuan kasus BF.7 di Indonesia yang lima kasus di antaranya ditemukan di Jakarta.
Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI melakukan penelusuran kontak erat dari lima temuan kasus BF.7 itu.
Lima kasus BF.7 di Jakarta itu yakni tiga orang laki-laki dan dua perempuan dengan rentang usia 30-50 tahun dan ada berusia lansia 60-63 tahun yang sebelumnya positif pada periode tes usap PCR 20 Oktober-12 November 2022.
Semua temuan kasus itu bergejala ringan yang didominasi demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan dan ada yang anosmia atau sulit mencium bau dan ada yang mengeluhkan nyeri perut, mual dan muntah.
"Tidak ada riwayat perjalanan ke luar negeri atau luar kota. Isolasi mandiri di rumah dan semua sudah dinyatakan sembuh setelah 10 hari isolasi," katanya.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022